RI dan Malaysia Bersaing Ketat Rebut Pasar Sawit di Pakistan
17 Januari 2014
Admin Website
Berita Nasional
4135
JAKARTA. Indonesia dan Malaysia bersaing ketat
menguasai pasar ekspor minyak sawit mentah (CPO) di Pakistan. Meskipun
India, Eropa, dan China merupakan pasar ekspor terbesar CPO Indonesia.
Indonesia membidik pasar Pakistan karena ada pelambatan ekonomi di pasar
utama.
"Pakistan kebutuhan sekitar 2 juta ton/tahun. Selama ini yang disampaikan Pak Joko (Sekjen Gapki) didominasi Malaysia dengan adanya PTA kedua negara," kata Ketua Kompartemen Urusan Perdagangan GAPKI Togar Sitanggang saat berdiskusi dengan media di Kantor Pusat GAPKI Jalan KH Mas Mansyur Jakarta, Rabu (15/01/2014).
Perjanjian perdagangan bilateral antara Indonesia dan Pakistan (Preferential Trade Agreemant/PTA) oleh pemerintah kedua negara tahun 2013 lalu. Salah satu hasil yang disepakati adalah Pakistan boleh memasukan jeruk kino via Pelabuhan Tanjung Priok. Sedangkan bea masuk CPO Indonesia dikurangi. Faktor inilah yang menggenjot ekspor CPO Indonesia ke Pakistan.
"Hanya setahun setelah ditandatangani PTA Indonesia bisa bersaing dengan Malaysia. Para produsen sawit Indonesia langsung bisa menembus pasar Pakistan dengan mengirim 900 ribu ton ke negara tersebut," imbuhnya.
Tahun 2014 ini, Togar Optimistis sawit Indonesia akan mendominasi pasar Pakistan. "Saya optimistis tahun ini bisa mengirim 1,5 juta ton atau paling tidak kita menguasai pasar ekspor di Pakistan dengan Malaysia dengan perbandingan 1,5:0,5," ujarnya.
Indonesia tetap mengandalkan pasar ekspor dibandingkan dalam negeri untuk menjual CPO. Dari total produksi sebesar 26 juta ton di tahun 2013, 21 juta ton diantaranya ditujukan untuk pasar ekspor.
DIKUTIP DARI DETIK, RABU, 15 JANUARI 2014
"Pakistan kebutuhan sekitar 2 juta ton/tahun. Selama ini yang disampaikan Pak Joko (Sekjen Gapki) didominasi Malaysia dengan adanya PTA kedua negara," kata Ketua Kompartemen Urusan Perdagangan GAPKI Togar Sitanggang saat berdiskusi dengan media di Kantor Pusat GAPKI Jalan KH Mas Mansyur Jakarta, Rabu (15/01/2014).
Perjanjian perdagangan bilateral antara Indonesia dan Pakistan (Preferential Trade Agreemant/PTA) oleh pemerintah kedua negara tahun 2013 lalu. Salah satu hasil yang disepakati adalah Pakistan boleh memasukan jeruk kino via Pelabuhan Tanjung Priok. Sedangkan bea masuk CPO Indonesia dikurangi. Faktor inilah yang menggenjot ekspor CPO Indonesia ke Pakistan.
"Hanya setahun setelah ditandatangani PTA Indonesia bisa bersaing dengan Malaysia. Para produsen sawit Indonesia langsung bisa menembus pasar Pakistan dengan mengirim 900 ribu ton ke negara tersebut," imbuhnya.
Tahun 2014 ini, Togar Optimistis sawit Indonesia akan mendominasi pasar Pakistan. "Saya optimistis tahun ini bisa mengirim 1,5 juta ton atau paling tidak kita menguasai pasar ekspor di Pakistan dengan Malaysia dengan perbandingan 1,5:0,5," ujarnya.
Indonesia tetap mengandalkan pasar ekspor dibandingkan dalam negeri untuk menjual CPO. Dari total produksi sebesar 26 juta ton di tahun 2013, 21 juta ton diantaranya ditujukan untuk pasar ekspor.
DIKUTIP DARI DETIK, RABU, 15 JANUARI 2014