(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Komoditi Karet Masih Menjanjikan

21 Agustus 2014 Admin Website Berita Kedinasan 3117
Komoditi Karet Masih Menjanjikan

SAMARINDA. Sebanyak 25 petani karet Desa Semoi Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara mengikuti sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SL-PHT) sejak Mei-Agustus yang diselenggarakan Bidang Perlindungan Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim.

Pendidikan melalui SL PHT ini menurut Kepala Disbun Kaltim Hj Etnawati Usman sangat penting dan strategis terutama  meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani karet, khususnya kemampuan dalam menangani dan pemeliharaan tanaman karet.

"SL PHT ini guna meningkatkan keterampilan dan kemampuan petani dalam mengelola kebun kearah yang lebih intensif dengan hasil yang berkualitas. Karena terhindar dari gangguan hama tanaman yang bisa mengakibatkan kematian pada tanaman karet," ujar Etnawati.

Diakuinya, komoditi karet hingga saat ini masih sangat menjanjikan bagi petani untuk dikembangkan.  Karena  nilai jual komoditi ini sangat tinggi serta kebutuhan pasar global yang setiap tahun semakin meningkat.

"Pengembangan tanaman karet sesuai dengan keinginan Gubernur Awang Faroek Ishak untuk melaksanakan program-program pembangunan ekonomi kerakyatan dan komoditi ini memiliki pangsa pasar yang sangat baik di dunia internasional," ungkap Etnawati.

Selain itu, Disbun Kaltim melalui UPTD Teknologi Terapan Perkebunan menggelar pelatihan pengolahan komoditi karet (bokar) bagi 30 petani karet se-Kaltim yang diselenggarakan di Desa Prangat Kecamatan Marangkayu Kutai Kartanegara.

Menurut dia, komoditi karet merupakan komoditi unggulan perkebunan Kaltim selain kelapa sawit. "Namun kualitas bokar rendah sehingga mempengaruhi harga karet yang diperjualbelikan di tingkat pasaran terutama ekspor," jelas Etnawati.

Selama ini bokar yang dihasilkan petani masih bercampur tatalan bekas torehan, tanah dan daun. Kemudian diolah menggunakan pupuk TSP, sehingga menghasilkan bokar yang tingkat elastisitasnya kurang, tidak bersih dan berwarna keruh.

Seharusnya ujar Etna, mengolah bokar menggunakan asam semut dan deorub (asap cair) sehingga menghasilkan bokar yang tingkat elastisitasnya bagus dan bersih. "Tidak berbau serta mampu meningkatkan nilai tambah karena produk yang berkualitas," jelasnya. (yans/humasprov)

SUMBER : BIDANG PERLINDUNGAN & UPTD TEKNOLOGI TERAPAN PERKEBUNAN

Artikel Terkait