Komoditi Karet Masih Menjanjikan
SAMARINDA. Sebanyak 25 petani karet Desa Semoi Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser
Utara mengikuti sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SL-PHT) sejak
Mei-Agustus yang diselenggarakan Bidang Perlindungan Dinas Perkebunan (Disbun)
Kaltim.
Pendidikan melalui SL PHT ini menurut Kepala Disbun Kaltim Hj Etnawati Usman
sangat penting dan strategis terutama meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan para petani karet, khususnya kemampuan dalam menangani dan
pemeliharaan tanaman karet.
"SL PHT ini guna meningkatkan keterampilan dan kemampuan petani dalam mengelola
kebun kearah yang lebih intensif dengan hasil yang berkualitas. Karena
terhindar dari gangguan hama tanaman yang bisa mengakibatkan kematian pada
tanaman karet," ujar Etnawati.
Diakuinya, komoditi karet hingga saat ini masih sangat menjanjikan bagi petani
untuk dikembangkan. Karena nilai jual komoditi ini sangat tinggi
serta kebutuhan pasar global yang setiap tahun semakin meningkat.
"Pengembangan tanaman karet sesuai dengan keinginan Gubernur Awang Faroek Ishak
untuk melaksanakan program-program pembangunan ekonomi kerakyatan dan komoditi
ini memiliki pangsa pasar yang sangat baik di dunia internasional," ungkap
Etnawati.
Selain itu, Disbun Kaltim melalui UPTD Teknologi Terapan Perkebunan menggelar
pelatihan pengolahan komoditi karet (bokar) bagi 30 petani karet se-Kaltim yang
diselenggarakan di Desa Prangat Kecamatan Marangkayu Kutai Kartanegara.
Menurut dia, komoditi karet merupakan komoditi unggulan perkebunan Kaltim
selain kelapa sawit. "Namun kualitas bokar rendah sehingga mempengaruhi harga
karet yang diperjualbelikan di tingkat pasaran terutama ekspor," jelas Etnawati.
Selama ini bokar yang dihasilkan petani masih bercampur tatalan bekas torehan,
tanah dan daun. Kemudian diolah menggunakan pupuk TSP, sehingga menghasilkan
bokar yang tingkat elastisitasnya kurang, tidak bersih dan berwarna keruh.
Seharusnya ujar Etna, mengolah bokar menggunakan asam semut dan deorub (asap
cair) sehingga menghasilkan bokar yang tingkat elastisitasnya bagus dan bersih. "Tidak berbau serta mampu meningkatkan nilai tambah karena produk yang
berkualitas," jelasnya. (yans/humasprov)
SUMBER : BIDANG PERLINDUNGAN & UPTD TEKNOLOGI TERAPAN PERKEBUNAN