Kakao Komoditi Unggulan Terluas
MALINAU - Total areal dan produksi perkebunan rakyat Kabupaten Malinau tahun 2010 mencapai 7.229 hektare dengan produksi 1457,50 ton. Jumlah tersebut meliputi 4.009 hektare pada sector komoditi unggulan kakao dengan produksi 742 ton atau rata-rata berproduksi 515,99 kilogram per hektare.
Seluas 932 hektare komoditi kopi dengan produksi 687 ton atau rata-rata 813,,93 kilogram per hectare. Kemudian kelapa 345 hektare dengan produksi 5 ton atau rata-rata 461,54 kilogram per hektare, lada 4,5 hektare dengan produksi 2,5 ton dan kayu manis seluas 40 hektare dengan produksi 20 ton atau rata-rata 666,56 kilogram per hektare.
Hal itu
disampaikan Margawari AMd, sekretaris Dinas Perkebunan kepada media ini
didampingi Kasubbag Perencanaan dan Program Hj Endang Susanti SP dan
stafnya Irwan Junaid kemarin.
Dari total areal dan produksi tersebut, sambungnya, tanaman yang menghasilkan baru mencapai 2327,50 hektare, yang belum menghasilkan 3.452 hektare dan yang tergolong tanaman tua seluas 1449,50 hektare.
Diantara tanaman unggulan yang belum menghasilkan atau berproduksi itu
di antaranya dari 1, 616 hektare karet, kelapa sawit dengan luas 547
hektare, perkebunan teh seluas 30 haktare. Sedangkan yang masuk
kategori tanaman tua dan tidak produktif lagi yakni vanili 8 hektare
jarak pagar 0,5 hektare dan cengkeh 7 hektare.
“Untuk cengkeh, vanili dan jarak pagar memang sempat dikembangkan di
Malinau masuk kategori tanaman tua karena sudah tidak produktif lagi,”
ujarnya.
Jika dibandingkan dengan data tahun 2009 lalu, katanya, secara gambaran
baik luas areal maupun produksi secara umum mengalami penurunan. Karena
luas areal tanaman perkebunan di tahun 2009 lalu mencapai 7.413,28
hektare dengan produksi 1.674,50 ton. Jika dirata-ratakan produksinya
612,36 kilogram per hectare. “Kalau di tahun 2008, luas areal totalnya
hanya 6.339 hektare dengan produksi 1.531 ton. Produksi per hektarenya
hanya sekitar 554,81 kilogram jika dirata-ratakan,” terangnya.
Melihat kondisi demikian, sambungnya, luasan area yang ada saat ini
harus digenjot melalui program intensifikasi yakni melalui pemupukan,
teknik perawatan dan pemangkasan dahan tertentu yang sudah tidak bisa
produktif lagi. Ini salah satu usaha untuk meningkatkan hasil
perkebunan dengan cara mengoptimalkan lahan yang sudah ada.
Intensifikasi memang sangat dianjurkan untuk diterapkan agar produk
atau hasil pertanian bisa lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik
pula.
Perluasan area perkebunan itu tidak secara otomatis menjamin tingkat
produktifitas menjadi tinggi. Karena produktifitas hasil perkebunan
sangat dipengaruhi pola intensifikasi perkebunan, yakni perlakukan
perhadap tamanan perkebunan tersebut. Dalam hal ini sperti perawatan,
pemupukan, pembarantasan hama dan pemangkasan dahan yang tidak
produktif dan lainnya.
Jadi, lebih baik produksi yang tinggi atau yang lebih ditingkatkan daripada perluasan lahan atau area tanam yang ditambah jika hasil sama saja. ”Peningkatan perkebunan tidak ditentukan hasil luasan area. Tetapi ditentukan oleh produktifitas hasil hasil panen di sektor perkebunan. pungkasnya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 1 PEBRUARI 2011