Agroindustri Mampu Sejahterakan Rakyat
17 September 2014
Admin Website
Berita Daerah
4659
SAMARINDA. Pemerintah Provinsi Kaltim wajib terus
berupaya mengembangkan sektor agroindustri, untuk meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat yang selama ini dimanjakan
aktivitas tambang batu bara. Mengingat, keunggulan sektor itu tak akan
selamanya bisa bertahan. Bahkan ada yang memprediksi, batu bara akan
habis 40-50 tahun mendatang.
Sama seperti produksi hasil alam berupa kayu pada masa terdahulu.
Seberapa pun luasnya hutan Kaltim, jika terus menerus digerogoti maka
akan semakin menipis pula. Sementara untuk reproduksi hasil alam itu
sendiri, membutuhkan waktu tidak sebentar. Bahkan mencapai ratusan
tahun.
Salah satu anggota DPRD Provinsi Kaltim yakni Siti Qomariah
mengatakan, Pemprov Kaltim harus mencari alternatif pengganti pendapatan
masyarakat selain kontribusi aktivitas pertambangan. Banyak hal bisa
dijadikan tumpuan selain sumber daya alam tak bisa diperbaharui,
misalnya pengembangan sektor agroindustri (pertanian, perikanan, dan
perkebunan).
"Selain batu bara dan minyak bumi, banyak hal bisa dijadikan mata
pencaharian. Misalnya agroindustri. Saya yakin, jika mengandalkan sumber
daya yang dapat diperbaharui, peningkatan pendapatan masyarakat akan
konstan, sekaligus berdampak pada meningkatnya kesejahteraan mereka,"
kata Siti Qomariah.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) yang akrab disapa Qamay ini
berpendapat, pemerintah provinsi harus mengeluarkan kebijakan dan
langkah strategis mengembangkan agroindustri untuk mendukung
pengembangan pertanian, perikanan dan perkebunan kelapa sawit. Selain
itu, keuntungan agroindustri ialah memaksimalkan SDM dengan tingkat
pendidikan rata-rata rendah (sekolah dasar) sebanyak mungkin, sekaligus
meningkatkan kualitasnya.
"Provinsi Kaltim merupakan satu provinsi dengan wilayah sangat luas,
terdiri berbagai macam jenis dataran yang cocok dijadikan perkebunan.
Terlebih, Kaltim juga destinasi urbanisasi oleh pemerintah pusat.
Perkembangan sektor agroindustri akan berjalan tidak terlalu susah,"
katanya.
Pada Agrinex Expo ke-8, Maret 2014 lalu, harusnya menjadi landasan
mengembangkan potensi produk agroindustri Indonesia agar berperan dalam
perekonomian nasional. "Melalui pameran semacam ini, seharusnya
pengembangan agroindustri bisa mendapatkan perhatian lebih oleh
pemerintah provinsi. Bicara cakupan lebih luas, Indonesia memiliki
sumber daya alam dan sumber daya manusia melimpah. Tidak mungkin
mengharapkan penghasilan dari sektor pertambangan saja. Jelas tidak akan
cukup. Pemerintah harus bisa menilik ini lebih jeli lagi," sambungnya.
Selain pengembangan dari struktur lahan dan SDM, pemerintah harus
cermat menciptakan pasar untuk menampung hasil produksi masyarakat
sekitar. Contohnya, pembuatan pabrik pengolahan minyak kelapa sawit di
beberapa sektor yang dianggap strategis sampai menambah ilmu masyarakat
dalam pengolahan.
"Kabupaten Berau sudah memiliki empat pabrik, beroperasi mengolah
minyak kelapa sawit dan mampu menampung daya beli hingga 84.171 hektare
kebun kelapa sawit. Saya yakin, kabupaten/kota lain bisa meniru
kesuksesan ini. Hasil pertanian tidak wajib dijual sebagai hasil mentah.
Nantinya akan ada substansi tersendiri dalam hal pengolahan bahan baku,
menjadi produk jadi. Tentu saja pembuatan produk jadi memiliki nilai
tambah, memberikan hasil lebih bagi petani," kata Qamay.
Intinya lanjut dia, segenap jajaran pemerintah provinsi harus
mengupayakan peningkatan kesejahteraan melalui cara lain, jangan terpaku
hasil tambang saja. Saat ini, agroindustri merupakan sarana tepat dalam
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
"Hal inilah yang saya maksud dengan korelasi agroindustri terhadap
kesejahteraan masyarakat. Memang, memantapkan hati masyarakat untuk
beralih profesi tidaklah mudah, namun sosialisasi berkelanjutan pasti
mampu dicapai," tutupnya. (adv/tos/dhi/oke/waz/k15)
SUMBER : KALTIM POST, SENIN, 15 SEPTEMBER 2014
SUMBER : KALTIM POST, SENIN, 15 SEPTEMBER 2014