Daerah Lumbung Kakao Optimistis RI Jadi Produsen Terbesar di Dunia
Jakarta -
Indonesia sangat berpeluang menjadi produsen kakao terbesar di dunia
dalam waktu 3 tahun ke depan. Program gerakan nasional (gernas) kakao
akan menentukan peningkatan produksi kakao di sentra-sentra kakao
seperti Sulawesi Barat (Sulbar) dan wilayah lainnya.
"Kita
berharap 2 sampai 3 tahun ke depan Indonesia bisa menjadi penghasil
coklat nomor satu di dunia," kata Gubernur Sulbar Anwar Adnan Saleh di
sela-sela acara Expo Nasional Inovasi Perkebunan (INEP) 2010 di JCC,
Jakarta, Jumat (12/11/2010)
Anwar mengatakan gernas kakao sampai
saat ini mendorong upaya peningkatan produksi kakao Indonesia. Melalui
peremajaan pohon kakao dan intensifikasi produksi kakao, sangat mungkin
Indonesia menjadi produsen kakao terbesar.
"Di Sulbar saja kita ada lahan kakao 156.000 hektar, kita ada lahan sampai 200.000 hektar," katanya.
Ia
mengatakan anggaran gernas kakao tahun 2011 mencapai Rp 250 miliar.
Sementara alokasi anggaran serupa untuk wilayah Sulbar melalui APBD
setidaknya akan digelontorkan sebanyak Rp 30 miliar.
Menurut
Anwar dengan kemampuan produksi kakao Sulbar saat ini 100.000-120.000
ton per tahun, maka dengan adanya gernas kakao dan perluasan lahan kakao
produksi kakao Sulbar akan terus meningkat. Hal ini tentunya akan
mendorong pendapatan petani kakao di Sulbar.
"Kakao itu beda
dengan sawit, kakao itu 100% milik petani rakyat. Sebanyak 60% rakyat
Sulbar menggantungkan hidupnya dari kakao," katanya.
Menurutnya
harga kakao saat ini terus naik sehingga mengguntungkan para petani.
Saat ini saja harga kakao di tingkat petani telah mencapai Rp 25.000 per
kg, meski pada saat awal penerapan Bea Keluar Kakao April 2010 lalu
harganya sempat anjlok hanya Rp 18.000 per kg.
"Harga coklat itu tak pernah turun, harga rata-ratanya masih di atas Rp 20.000 per kg," katanya.
Saat
ini Indonesia tercatat sebagai negara produsen biji kakao ketiga di
dunia. Menurut data International Cocoa Organization (ICCO) 2009.
Posisi pertama Pantai Gading 1,22 juta ton per tahun atau memegang
pangsa pasar 38,7%. Posisi kedua Ghana dengan produksi 680.000 ton atau
21,6%, dan Indonesia 540.000 ton atau 16,2%.
DIKUTIP DARI DETIK, JUMAT, 12 NOPEMBER 2010