Tren Ekspor Kopi Indonesia Menurun
04 Maret 2012
Admin Website
Artikel
6131
MEDAN. Ekspor kopi Indonesia trennya terus menurun sejak
2010 atau tinggal 352.007 ton pada 2011 akibat produksi berkurang dan
harga di dalam negeri lebih mahal ketimbang ekspor.
Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Suyanto Husein, di Medan, Sabtu (3/3), mengatakan, pada 2009, volume eskpor kopi nasional masih bisa mencapai 478.025 ton.
Sementara di 2010, ekpor tinggal 447.494 ton dan di 2011 turun lagi menjadi hanya 352.007 ton.
"Penyebab turunnya volume ekspor adalah produksi yang terus berkurang dan termasuk dipicu mahalnya harga jual di lokal ketimbang harga ekspor," katanya.
Penurunan volume ekspor itu tentu saja disayangkan karena permintaan dan harga jual masih cukup bagus. Dia memberi contoh, di 2011, meski volume ekspor anjlok tinggal 352.007 ton, nilai ekspor jauh lebih besar dari perolehan di 2009 dan 2010.
Kalau di 2009 dan 2010 nilai ekspor masih US$801,66 juta dan US$845,542 juta, di 2011, devisa dari kopi sudah mencapai US$1,064 miliar.
Menurut dia, untuk mengatasi berkurangnya volume ekspor, produksi harus ditingkatkan. Peningkatan produksi mulai dari pengembangan areal dan termasuk meremajakan tanaman kopi yang sudah tua.
"Jangan sampai, Indonesia menjadi negara pengimpor kopi pula," katanya.
Menurut dia, produksi kopi Indonesia tahun ini diperkirakan di kisaran 600.000-an ton dari tahun lalu yang juga tidak sampai sebesar 640.000 ton seperti yang diperhitungkan awalnya.
"Bisa jadi produksi malah turun lagi pada tahun ini karena cuaca masih esktrem dan itu mengkhawatirkan membuat ekspor menurun kembali," katanya.
Dia mengakui, eksportir sering mengimpor kopi dari negara produsen lainnya seperti Brazil dan Vietnam ketika terjadi pasokan ketat dan harga yang lebih mahal di dalam negeri.
Biasanya impor dilakukan pengusaha untuk menutupi kontrak kerjanya yang sebelumnya sudah ditandatangani, kata Suyanto.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno, mengakui, berdasarkan data pada tahun lalu, impor biji dan bubuk kopi Sumut memang ada atau mencapai 3,580 juta kilogram dengan nilai impor US$8,360 juta.
"Benar ada impor biji kopi dan bubuk yang tercatat di BPS Sumut hingga 2011 lalu, tetapi nilainya jauh lebih kecil dari nilai ekspor," kata Suharno.
Impor kopi Sumut itu antara lain dari dari India, Vietnam, dan Brazil.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, MINGGU, 4 MARET 2012
Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Suyanto Husein, di Medan, Sabtu (3/3), mengatakan, pada 2009, volume eskpor kopi nasional masih bisa mencapai 478.025 ton.
Sementara di 2010, ekpor tinggal 447.494 ton dan di 2011 turun lagi menjadi hanya 352.007 ton.
"Penyebab turunnya volume ekspor adalah produksi yang terus berkurang dan termasuk dipicu mahalnya harga jual di lokal ketimbang harga ekspor," katanya.
Penurunan volume ekspor itu tentu saja disayangkan karena permintaan dan harga jual masih cukup bagus. Dia memberi contoh, di 2011, meski volume ekspor anjlok tinggal 352.007 ton, nilai ekspor jauh lebih besar dari perolehan di 2009 dan 2010.
Kalau di 2009 dan 2010 nilai ekspor masih US$801,66 juta dan US$845,542 juta, di 2011, devisa dari kopi sudah mencapai US$1,064 miliar.
Menurut dia, untuk mengatasi berkurangnya volume ekspor, produksi harus ditingkatkan. Peningkatan produksi mulai dari pengembangan areal dan termasuk meremajakan tanaman kopi yang sudah tua.
"Jangan sampai, Indonesia menjadi negara pengimpor kopi pula," katanya.
Menurut dia, produksi kopi Indonesia tahun ini diperkirakan di kisaran 600.000-an ton dari tahun lalu yang juga tidak sampai sebesar 640.000 ton seperti yang diperhitungkan awalnya.
"Bisa jadi produksi malah turun lagi pada tahun ini karena cuaca masih esktrem dan itu mengkhawatirkan membuat ekspor menurun kembali," katanya.
Dia mengakui, eksportir sering mengimpor kopi dari negara produsen lainnya seperti Brazil dan Vietnam ketika terjadi pasokan ketat dan harga yang lebih mahal di dalam negeri.
Biasanya impor dilakukan pengusaha untuk menutupi kontrak kerjanya yang sebelumnya sudah ditandatangani, kata Suyanto.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno, mengakui, berdasarkan data pada tahun lalu, impor biji dan bubuk kopi Sumut memang ada atau mencapai 3,580 juta kilogram dengan nilai impor US$8,360 juta.
"Benar ada impor biji kopi dan bubuk yang tercatat di BPS Sumut hingga 2011 lalu, tetapi nilainya jauh lebih kecil dari nilai ekspor," kata Suharno.
Impor kopi Sumut itu antara lain dari dari India, Vietnam, dan Brazil.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, MINGGU, 4 MARET 2012