(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Sekolah Lapang Kakao di Kutim, Disbun Pacu Petani Jadi Ahli Budidaya Berkelanjutan

19 Juni 2025 Afif Berita Daerah 186
Sekolah Lapang Kakao di Kutim, Disbun Pacu Petani Jadi Ahli Budidaya Berkelanjutan

KUTAI TIMUR. Di tengah geliat perkebunan kakao yang kian menjanjikan di Kalimantan Timur, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (Disbun Kaltim) mengambil langkah dengan menggelar Pelatihan Sekolah Lapang Kelompok Tani Komoditas Kakao di Desa Rantau Sentosa, Kecamatan Busang, Kabupaten Kutai Timur.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, 17–19 Juni 2025, ini bertujuan meningkatkan keterampilan petani dalam budidaya kakao yang berkelanjutan dan produktif.

Pelatihan dibuka secara resmi oleh Kepala Disbun Kaltim yang diwakili Penyuluh Pertanian Ahli Muda Bidang Pengembangan Komoditi, Muhammad Fahrozi. Dalam sambutannya, Fahrozi menyampaikan tujuan pelatihan ini sebagai sarana memperdalam kembali praktik budidaya yang benar agar produktivitas kakao terus meningkat.

Materi pelatihan disampaikan langsung oleh dua narasumber dari Balai Penelitian Kakao dan Kopi Indonesia, yaitu Avan Nur Diyansyah, Teknisi Agronomi Tanaman dan Hikmatullah Adicahyo, Teknisi Pemuliaan Tanaman, yang mengupas tuntas berbagai tantangan teknis hingga pemanfaatan musuh alami dalam pengendalian hama terpadu.

“Potensi kakao di Kutai Timur sangat besar. Saat ini ada 1.161 hektar lahan kakao, dengan produksi mencapai 765 ton per tahun. Namun, berbagai kendala seperti harga pupuk mahal, serangan OPT, dan teknik budidaya yang belum tepat masih membayangi,” ujar Fahrozi.

Fahrozi menekankan pentingnya transfer teknologi tepat guna untuk menjawab tantangan tersebut, sembari menyebut bahwa Disbun Kaltim telah mendukung pengembangan kakao di Busang sejak 2010 dengan total luasan bantuan mencapai 445 hektar.

Pelatihan selama tiga hari ini dilakukan langsung di kebun melalui pendekatan praktik lapangan. Petani diajak memahami konsep Tanaman Sehat, memanfaatkan musuh alami, rutin melakukan pengamatan, hingga menjadi pelaku Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara mandiri.

“Saya harap peserta menjadikan pelatihan ini sebagai momentum untuk mengubah pola pikir dan praktik budidaya menjadi lebih cerdas dan berkelanjutan,” tutup Fahrozi, seraya mengajak penyuluh di Kecamatan Busang agar konsisten melakukan pendampingan lanjutan pasca pelatihan. (fif/disbun)

SUMBER : SEKRETARIAT

Artikel Terkait