Produksi Kakao Prospektif
23 Mei 2009
Admin Website
Artikel
3713
Pemkab Malinau melalui program Gerbang Dema telah mentargetkan peremajaan serta pembukaan kembali perkebunan kakao di tiap kecamatan. Dari 12 kecamatan yang ada, Kecamatan Mentarang adalah yang paling siap dalam pencapaian target tersebut. Camat Mentarang Marson R Langub SH mengungkapkan, sejak 2006 kecamatan serta desa-desa di Mentarang telah merintis kembali pengembangan perkebunan yang dipandang akan bernilai besar itu. Untuk perkebunan yang dikembangkan desa, hingga tahun 2009 ini, telah mencapai 547 hektare. Tahun 2009, dari 10 desa terdapat penambahan seluas 132 hektare. Sedangkan luas perkebunan yang dikembangkan kecamatan seluas lebih kurang 420 hektar termasuk lahan yang baru dikembangkan tahun ini seluas 105 hektar.
#img1# Jika digabungkan, sambung Marson, total luas perkebunan kakao yang ada di Kecamatan Mentarang mencapai 967 hektare. "Untuk pembukaan lahan tahun ini kecamatan telah menyediakan bibit sebanyak 176.350 bibit," terangnya. Ditambahkan, bibit kakao itu telah didistribusikan pada masyarakat yang mengembangkan perkebunan tersebut.
Perkebunan kakao yang dirintis pada tahun 2006, ungkap Marson, saat ini telah mampu berproduksi. Namun kualitas dan kuantitas hasil dinilai belum maksimal sebab merupakan produksi pertama. Diharapkan dalam 2 atau tiga tahun ke depan, kakao yang dikembangkan di tahun pertama dan kedua sudah bisa berproduksi maksimal. Pemerintah kecamatan, desa, serta masyarakat, kata Marson, sangat berharap kakao bisa memberi nilai tambah. Terlebih harga kakao di pasaran saat ini cukup menjanjikan. Untuk kakao kering, harga perkilo sekarang mencapai Rp 15.000. Sebelumnya hanya berkisar Rp. 10.000. "Karena prospektif, warga makin semangat mengembangkannya. Harga tersebut diperkirakan bisa naik kembali. Karena di Kabupaten Nunukan saja harga kakao mencapai sekitar Rp.30.000-an per kilo gramnya," sebutnya.
Menyinggung soal distribusi hasil produksi yang sudah ada, Marson menerangkan, sementara ini hasil produksi yang ada dikelola oleh Koperasi Gerbang Dema yang telah terbentuk bersama hasil produksi lainnya.
Di luar itu, imbuhnya, memang telah ada pengusaha-pengusaha lokal yang menampung dan mendistribusikan kakao ke luar daerah. "Ke depannya, jika produksi sudah besar akan ada investor besar yang bermitra untuk memberikan keuntungan yang sepadan," tandasnya.
DIKUTIP DARI KALTIMPOST, SABTU, 23 MEI 2009