Perkebunan Karet, Harapan Muara Lawa
28 Juli 2008
Admin Website
Artikel
4778
#img1# Camat Kecamatan Muara Lawa R Syahrun mengatakan, hampir seluruh pendudukan Kecamatan Muara Lawa, selain berladang juga bermata pencaharian sebagai petani karet. "Masyarakat rata-rata adalah petani karet yang memiliki lahan sendiri, yang mana ada juga yang sambil berladang membuka lahan perkebunan karet," kata R Syahrun.
R Syahrun mengungkapkan, dari 8 kampung yang terdapat di dalam Kecamatan Muara Lawa, hampir semuanya memiliki kebun karet dengan luas areal perkebunan yang bervariasi. "8 kampung yang ada, hanya 1 kampung yang tidak berpotensi untuk ditanami karena memiliki banyak kandungan batu bara," ungkapnya. Lebih jauh diungkapkannya, selain petani karet, masyarakatnya juga bermata pencarian sebagai nelayan dan ada sebagian yang bekerja sebagai karyawan perusahaan.
Ditambahkannya, saat ini karet biasa dalam keadaan basah, dibeli dari petani dengan harga Rp 8.500 per kilogram. "Harga ini dianggap lebih baik dari pada harga jual sebelum yang hanya mencapai Rp 5 ribu sampai Rp 6.500 per kilogramnya," katanya. Dalam sebulan seorang petani, apabila menekuni menyadap karet, maka akan mendapatkan sekitar 200 kilogram. Apabila dikalikan dengan harga saat ini Rp 8.500, maka petani tersebut akan mendapatkan hasil sekitar Rp1, 7 juta perbulannya. Kebanyakan pembelinya datang dari Kecamatan Barong Tongkok.
Berkaitan dengan banyaknya petani kebun karet di Kecamatan Muara Lawa dan masih menggunakan bibit lokal, R Syahrun, mengharapkan perhatian dari Pemkab melalui dinas terkait untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan serta pengadaan pupuk atau pun bibit-bibit yang unggul bagi petani karet.
"Selama ini belum pernah diadakan pelatihan atau pun penyuluhan untuk petani karet, padahal ini sangat penting dilaksanakan agar para petani tahu apa yang baik digunakan untuk bibit atau pun pupuk yang digunakan," harapnya.
#img2# Selain itu, ia pun mengeluhkan, saat ini tidak ada bantuan pupuk dan selama ini pun petani kesulitan dalam mencari pupuk, dan jika ada pun harganya cukup mahal. "Pupuk saat sulit didapatkan, baik yang bersubsidi atau yang tidak bersubsidi, dan racun rumput pun harganya cukup mahal, yakni Rp 400 ribu per 10 liter kemasan jeriken untuk merk Basmilang, dengan adanya harga yang demikian mahal, maka bagaimana dengan masyarakat yang kurang mampu," keluh R Syahrun.
Ia kembali menegaskan, agar dinas terkait segera memperhatikan kesulitan para petani dan segera, paling tidak dalam waktu dekat menyalurkan bantuan atau melakukan monitoring ke daerah-daerah yang banyak petani karetnya, sehingga dapat diketahui kesulitan maupun perkembangan kegiatan petani di lapangan.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SABTU, 26 JULI 2008