Perintahkan Peremajaan Kebun Kelapa
10 Maret 2009
Admin Website
Artikel
4954
Setelah diresmikan gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak Desember 2008 lalu, pabrik coconut biodiesel tersebut mulai berproduksi, dan kini dalam tahap penelitian produktifitas coconut biodiesel yang dihasilkan. Makmur mengatakan, bahan bakar alternatif itu bisa digunakan oleh masyarakat umum, khususnya bagi nelayan pesisir. "Teknologi biodiesel dari bahan baku utama buah kelapa itu bisa menjadi jalan keluar bila terjadi kelangkaan solar," katanya.
#img1# Pemerintah daerah terus mengembangkan perkebunan kelapa yang di wilayah pesisir tersebut dimiliki lebih dari separuh warga Biduk-biduk. Makmur berharap teknologi ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya, terutama nelayan yang menggantungkan hidupnya yang saat ini kesulitan mendapatkan BBM. Kelebihan biodiesel asal kelapa ini, selain ramah lingkungan, harganya relatif murah.
"Berau merupakan penghasil buah kelapa, jadi kita bisa langsung memanfaatkan potensi alam itu untuk menghemat energi, terutama untuk menjawab kelangkaan solar," katanya. Di daerah terpencil, harga solar bisa melambung mencapai Rp 10 ribu - Rp 15 ribu per liter. Pembangunan pabrik cocodiesel itu tidak hanya berdampak mudahnya mendapatkan BBM, bahkan membuka peluang meningkatkan kesejahteraan melalui tenaga kerja maupun ratusan jiwa keluarga petani kelapa.
Perhitungan bahan baku dan prosesnya, yakni dua kilogram kelapa dapat menghasilkan satu liter biodiesel kelapa. Biodiesel ini lantas dapat dimanfaatkan untuk penggunaan perahu motor laut, genset, mesin alat-alat pengolahan skala kecil. Dipilihnya Berau sebagai tempat pengolahan coconut biodiesel di Kaltim, karena didukung dengan luasa lahan perkebunan kelapa yang memadai.
Secara keseluruhan luas perkebunan kelapa di Berau seluas 2.908 hektare, dan luas areal tanaman yang menghasilkan mencapai 2.551 ha. Areal perkebunan kelapa tersebut tersebar di 13 kecamatan, namun Bidukbiduk merupakan daerah yang terbesar dengan 1.413 ha atau 48,6 persen dari total luas areal perkebunan kelapa di Berau.
Berdasarkan hasil feasibility study Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Departemen Pertanian pada 2008 lalu, Bidukbiduk ditetapkan sebagai lokasi pembangunan unit pengolahan hasil (UPH) coconut biodiesel yang didanai APBN Rp1,6 miliar. Pemilihan lokasi di Bidukbiduk juga telah berdasarkan kriteria yang meliputi harga solar, kelapa, minyak goreng, potensi bahan baku, kebutuhan akan BBM, kebutuhan minyak goreng, kelembagaan petani, sarana dan prasarana, dukungan aparat serta kemitraan yang ada.
Sekadar diketahui, biodiesel merupakan minyak kelapa yang diperoleh dari kopra (daging kelapa yang dikeringkan, Red) atau dari perasan santan buah kelapa. Kandungan minyak dalam kopra diyakini mencapai 63 sampai 68 persen. Secara kimiawi minyak kelapa lebih stabil dibandingkan minyak lainnya dan memiliki sifat pembakaran yang lebih baik.
Mesin diesel dapat dioperasikan menggunakan 100 persen minyak kelapa atau campuran minyak kelapa dan minyak diesel atau menggunakan coconut biodiesel. Dari pengolahan kelapa, produk yang dihasilkan berupa biodiesel dan minyak goreng. Jumlah produksi pabrik biodiesel dari UPH tersebut diupayakan sebesar 400 liter per hari atau 40 persen dari kapasitas unit pengolahan. Sedangkan produksi minyak goreng diupayakan 600 liter per hari atau 60 persen dari kapasitas unit pengolahan.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SABTU, 7 MARET 2009