Pemerintah Benahi Hambatan Dalam Industri Sawit
18 Oktober 2013
Admin Website
Berita Nasional
5246
JAKARTA. Industri kelapa sawit di Indonesia setiap tahun terus menghadapi permasalahan
serupa, kurangnya produktivitas dan adanya kampanye hitam yang hingga kini
masih belum dapat diselesaikan. Hal ini membuat Indonesia terhambat dalam
mengembangkan industri sawit.
Menurut
Hatta Rajasa, Menteri Koordinator Perekonomian, kini semakin marak black
campaign dari oknum tertentu yang menyebutkan bahwa lahan kelapa sawit di
Indonesia merusak lingkungan atau hasil sawit yang dapat merusak kesehatan. "Hal inilah yang menjadi hambatan bagi kita untuk mengembangkan industri
sawit," tutur Hatta, Rabu (16/10).
Hatta
menambahkan, pada tahun 2014 menjadi sebuah tantangan berat bagi industri sawit
nasional, terutama dalam bersaing di pasar internasional.
Ada
beberapa hal penyebabnya. Pertama, diberlakukannya peraturan Uni Eropa (UE)
tentang provisi informasi makanan kepada konsumen, di mana produsen makanan
diwajibkan mencantumkan adanya minyak sawit dengan jelas. Peraturan UE itu akan
mulai diberlakukan pada 13 Desember 2014.
Selain
itu, pada 2015 di Eropa juga memberlakukan aturan yang mewajibkan produsen palm
oil harus memiliki sertifikat. "Faktor hambatan itu harus benar-benar kita
rencanakan grand strategy yang pas agar industri sawit nasional mampu
menghadapi tantangan tersebut," imbuh Hatta.
Saat
ini, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah melakukan kerjasama
antarinstansi melawan black campaign tersebut.
Menteri
Perdagangan, Menteri Pertanian,Menteri Perindustrian dan instansi terkait
lainnya, saling bekerjasama untuk melakukan kampanye dan menggandeng beberapa
ilmuwan (scientist) untuk membuktikan
bahwa kandungan kelapa sawit Indonesia kaya akan manfaat dan tidak tercemar.
Gamal
Nazir, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, mengatakan,
Pemerintah akan terus melakukan kampanye ke seluruh dunia dan melakukan riset
tentang manfaat apa saja dari sawit ini. Misalnya, sawit bisa menghasilkan gas
metan.
Jika
gas itu ditampung dengan alat sensor, metan ini akan menghasilkan listrik 2
megawatt. Nah, lanjut Gamal, hasilnya dapat dimanfaatkan untuk pembangkit
tenaga listrik.
"Kita juga sedang melakukan penelitian
dengan kementerian kesehatan bahwa minyal sawit ini katanya dapat menjadi obat
kanker, tapi hal ini lagi diteliti," tutur Gamal.
DIKUTIP DARI KONTAN, KAMIS, 17 OKTOBER 2013