Mengintip Dampak Perkebunan di Kukar (1)
TENGGARONG, KALTIM POST. Sektor perkebunan di Kutai Kartanegara (Kukar) kabarnya potensial, namun belum banyak masyarakat yang merasakan dampaknya. Bahkan banyak yang menyebut kebun sawit menyusahkan warga karena tumpang tindih lahan. Padahal, beberapa desa sudah sangat maju karena program plasma, hingga memiliki perputaran uang Rp 1 miliar per bulan.
KONDISI saat ini ada 15 perusahaan sawit beroperasi di Kukar, dengan
luas hingga 300 ribu hektare. Bila melihat proyeksi hak plasma yang
harusnya diterima masyarakat, yakni 20 persen dari luas lahan, maka
seharusnya ada 60 ribu hektare yang dinikmati warga. Kenyataannya, saat
ini baru 13 ribu hektare plasma sawit yang dikelola masyarakat sekitar.
“Makanya, kami mengejar target 30 ribu plasma sawit di akhir tahun ini.
Kami yakin bisa terpenuhi. Karena banyak perusahaan yang sikapnya
mendukung, di internal kami juga faktor mutasi justru membuat solid,”
kata Kepala Dinas Perkebunan Hairil Anwar, kemarin.
Dicontohkannya, salahsatu perusahaan yang sudah memaksimalkan perannya
meningkatkan kesejahteraan desa adalah PT Tunas Prima Sejahtera (TPS).
Perusahaan ini memiliki lahan yang masuk ke wilayah Kecamatan Kenohan
dan Kembang Janggut. Tujuh desa di bawah naungannya yakni Loa Sakoh,
Hambau, Genting Tanah di Kembang Janggut dan Kahala, Tuana Tuha, Teluk
Muda, Teluk Bingkai di Kenohan. Tiga di antaranya telah memiliki
koperasi untuk mengelola hak plasma sawit, yakni di Loa Sakoh, Hambau
dan Tuana Tuha.
Sebelum masuknya TPS pada 2006, kondisi di desa ini masih minim.
Pendapatan masyarakat hanya berkisar ratusan ribu rupiah per bulan,
yang kebanyakan dari budi daya tambak udang. Kualitas pendidikan rendah
dan kesejahteraan minim. Setelah TPS masuk, warga lokal yang memenuhi
kualifikasi banyak ditarik menjadi pekerja.
Bila dipatok upah minimum kabupaten (UMK) Rp 1,010 juta, dengan
masing-masing 3 orang anggota keluarga yang bekerja di perusahaan, maka
pendapatan per kepala keluarga meningkat menjadi Rp 3 jutaan.
Perputaran uang desa-desa itu juga tinggi, bahkan mencapai Rp 1 miliar.
Karena TPS punya sistem dua kali sistem gaji, yakni total Rp 400 juta
digelontorkan per dua minggu dan Rp 500 juta lebih di akhir bulan. TPS
juga membantu berbagai donasi, termasuk perbaikan instalasi air di Desa
Teluk Bingkai.
“Kami ingin memberikan kewajiban kami. Kami siap mendukung program
pemerintah. Kepada masyarakat, kami juga membantu lewat donasi, baik
saat hari raya keagamaan maupun 17 Agustus,” kata Manajer Personalia
TPS Fatimah Luis, kemarin.
Sekretaris Disbun Kukar Marli mengatakan, peningkatan desa-desa di
Kenohan dan Kembang Janggut ini membuat Disbun optimistis potensi
sektor perkebunan bisa menjadi tumpuan peningkatan kesejahteraan di
Kukar.
“Dulu sebelum 2006 saya ke desa itu, hanya ada sepeda sebagai alat
transportasi. Kini semua pakai motor, berjejer di pelabuhan dan di
jalan. Tiap bulan, ada saja motor baru yang dibeli. Ini bukti ada
peningkatan kesejahteraan warga dari sektor ini,” kata Marli.
(che/bersambung).
DIKUTIP DARI KALTIM POST, RABU, 20 OKTOBER 2010