(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Lahan Kebun Kopi Berkurang

25 April 2008 Admin Website Artikel 2561
Tidak terkecuali masyarakat petani yang selama ini mengelola usaha perkebunan buah kakao.

#img1# Namun sangat disayangkan, khususnya petani kebun kakao yang bermaksud mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit, banyak di antaranya yang mengambil langkah kurang bijak. Mereka mengorbankan tanaman kakao yang dimiliki untuk menggantikannya dengan tanaman kelapa sawit.

Begitu disampaikan Pj Kepala Dinas Perindustrian perdagangan Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop Dan UKM) Kabupaten Nunukan Drs Petrus Kanisius MSi kemarin.

"Mengembangkan bidang usaha memang dianjurkan. Tapi sangat keliru jika langkah serupa itu yang ditempuh," tegas Petrus. Dia mengandaikan tindakan demikian pada istilah mengharapkan hujan turun dari langit, air yang ada di tempayan ditumpahkan.

Saat ini, lanjut Petrus, pengurangan luasan areal perkebunan buah kakao yang dikelola oleh masyarakat di Kabupaten Nunukan terus berlangsung.

Berdasar data dari Badan Pusat Statistik (BPS), kata dia, luas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Nunukan pada 2006 adalah 17 ribu hektar. Namun pada 2007 tinggal 13 ribu hektare.

"Data terakhir pada tahun 2008 ini, jumlahnya sudah kurang dari 10 ribu hektare," tegasnya.

Dimaklumi jika akhir-akhir ini gairah petani perkebunan kakao dalam mengelola usaha komoditi biji buah kakao agak berkurang akibat menurunnya permintaan pasar luar negeri, khususnya Malaysia dan Singapura. Hal tersebut dikarenakan kualitas biji buah kakao dari wilayah Kabupaten Nunukan kalah bersaing dipasaran kedua negara tetangga tersebut.

"Sebab pengeringan biji buah yang dilakukan belum dikelola secara profesional," kata Petrus. Itu sebabnya, lanjut dia, instansi yang dipimpinnya mengajukan proposal pembangunan pabrik pengolahan biji buah kakao di daerah ini kepada pemerintah pusat.

Jika permintaan itu telah terealisasi, mutu biji buah kakao yang telah dikeringkan secara mekanik mampu bersaing dan merebut kembali pasaran di Malaysia dan Singapura.

Menambahkan rasa optimismenya bahwa pengembangan usaha perkebunan buah kakao masih menjadi salah satu komoditas primadona, berdasar analisis SWOT, sejumlah hal yang menjadi kekuatan usaha perkebunan kakao di daerah ini, adanya luasan areal perkebunan yang memadai.

Bahkan luasan dimaksud masih sangat berpeluang untuk ditambah lagi.

Permintaan pasar biji buah kakao kering berkualitas baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri masih bagus dengan harga yang cukup baik. Selain itu perkembangan industri coklat olahan juga terus berkembang dengan bermacam produk turunan dari buah kakao.

Artikel Terkait