November, Bea Keluar CPO Diprediksi Masih 0%
JAKARTA. Komoditas kelapa sawit bukanlah satu-satunya komoditi yang
berada pada posisi harga yang lesu, komoditas minyak nabati lainnya juga
mengalami hal yang sama, seperti kedelai, rapeseed dan biji bunga matahari.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan mengatakan, melemahnya harga komoditi ini karena daya beli yang lemah dan produksi meningkat serta stok yang melimpah.
Dari sisi harga, harga rata-rata minyak sawit mentah atau crude palm oil
(CPO) di Rotterdam pada September 2014 bergerak di kisaran US$ 680 per
metrik ton (MT)–US$ 730 per MT. Untuk rata-ratanya bergerak dikisaran
US$ 712 per MT.
Harga rata-rata CPO bulan September tersebut turun sekitar 5,4%
dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Agustus yang mencapai US$ 753
per MT. Harga harian CPO di pasar global (Cif Rotterdam) tercatat terus
tergerus mulai pekan pertama hingga pekan ketiga Oktober ini, harga
hanya bergerak di kisaran US$ 695- US$ 730 per metrik ton. "Sampai pada
akhir bulan Oktober harga CPO diperkirakan masih akan stagnan," kata
fadhil dalam siaran persnya, Selasa (21/10).
GAPKI memperkirakan harga CPO hingga akhir Oktober akan cenderung
bergerak di kisaran harga US$ 700 per MT-US$ 730 per MT. Dengan kondisi
ini maka BK CPO bulan November mendatang diproyeksi masih bebas atau 0%.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) sendiri sebelumnya memproyeksi
harga CPO masih akan belum banyak bergerak naik dalam waktu dekat.
Walhasil, BK CPO Indonesia berpotensi bebas sama seperti bulan Oktober
ini.
Meskipun bebas BK, namun Kemendag mengharap kepada para pengusaha
agar tidak jor-joran melakukan ekspor. Bila hal tersebut dilakukan, Bayu
khawatir hal tersebut akan semakin menekan harga CPO. Seperti
diketahui, serapan minyak sawit saat ini masih belum pulih, sehingga
demand menurun.
Bagi pemerintah, pemanfaatan CPO untuk penyerapan di pasar lokal
menjadi prioritas utama. Solusi yang cukup mempan dalam mengatasi
persoalan harga ini menurut Bayu adalah penggunaan biofuel sebagai
sumber energi di dalam negeri.
SUMBER : KONTAN, SELASA, 21OKTOBER 2014