Kutai Timur Potensial Kembangkan Tanaman Kakao
Luas tanaman kakao di Kutim saat ini mencapai 4.885 hektare. Luasan tersebut masih mungkin ditingkatkan hingga 20.000 hektare dari empat kecamatan, yakni Teluk Pandan, Karangan, Sandaran dan Busang.
Karena itu, untuk mendukung pengembangan kakao untuk mendukung produk hilir, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kaltim mengenalkan pemanfaatan alat produk hilir kakao kepada kelompok tani di Desa Danau Redan Kecamatan Teluk Pandan.
"Para petani sangat senang dengan pembinaan alat produk hilir kakao. Karena, selama ini mereka hanya menjual kepada tengkulak dalam bentuk biji. Mereka belum memikirkan pengembangan industri hilir. Semoga dengan temu lapang pengembangan produk hilir kakao ini dapat mengubah pola pikir untuk meningkatkan kesejahteraan," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kaltim Hj Halda Arsyad usai membuka Temu Lapang Pengembangan Produk Hilir Kakao di Desa Danau Redan, Kecamatan Teluk Pandan, Kutai Timur, Rabu (12/2).
Halda menegaskan, agar agar para petani dapat lebih banyak memanfaatkan alat tersebut, diharapkan Pemkab Kutim bisa memberikan dukungan terhadap para petani, untuk pengadaan alat tersebut.
Menurut dia, pengembangan produksi kakao melalui pemanfaatan teknologi tepat guna akan sangat menguntungkat petani. Terutama untuk meningkatkan pendapatan petani.
"Saya yakin petani yang dibina ini mampu menghasilkan tepung bubuk coklat yang berkualitas. Tetapi sebelumnya perlu disiapkan kelembagaan yang kuat oleh para petani. Misalnya dengan membentuk kelompok tani dan koperasi petani. Sehingga para petani mempunyai kekuatan dalam posisi tawar di pasaran," kata Halda.
Sementara itu, Sekretaris Kepala Dinas Perkebunan Kutim Hormansyah mengatakan potensi kakao daerah ini cukup besar yakni 400 hingga 600 ton perbulan. Selanjutnya, kakao dijual kepada para tengkulak untuk memasok kebutuhan coklat di Surabaya dan Sulawesi Selatan.
"Dengan pengembangan alat teknologi tepat guna ini, kami berharap penghasilan petani kakao di Kutim meningkat dengan produksi kakao dalam bentuk tepung bubuk coklat, bukan dalam bentuk biji. Nilai jualnya pasti lebih tinggi," jelasnya.
Melalui pembinaan yang dilakukan Balitbangda Kaltim, maka selanjutnya Pemkab Kutim melalui Dinas Perkebunan diharapkan dapat membantu petani untuk pengadaan teknologi tepat guna tersebut.
"Balitbangda Kaltim bisa meminjamkan sekedar untuk pengenalan kepada petani. Diharapkan Pemkab Kutim melalui instansi terkait dapat merealisasikan kebutuhan petani kakao tersebut," jelasnya.
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM