Harga Patokan Ekspor Sawit Diusulkan Pakai Kurs Rupiah
Jakarta - Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia
(Gapki) mengusulkan agar pemerintah menetapkan harga patokan ekspor
(HPE) menggunakan nilai mata uang rupiah. Selama ini HPE ditetapkan
melalui SK Menteri Perdagangan setiap bulannya memakai basis kurs dolar
AS.
"Januari
kita akan paksalah (Menteri Perdagangan) pakai rupiah untuk HPE," kata
Sekretaris Umum Gapki Joko Supriyono di kantornya, Jakarta, Senin
(15/11/2010)
Joko mengatakan masalah ini tengah diusulkan oleh
para produsen sawit ke pemerintah terkait proses revisi ketentuan
regulasi Bea Keluar Sawit.
Penetapan HPE memakai rupiah setidaknya mencerminkan jika Indonesia
sebagai produsen sawit terbesar di dunia yang seharusnya bisa
menentukan pasar termasuk soal HPE berbasis rupiah.
Ia
juga mengatakan saat ini tingkat kepercayaan pasar terhadap dolar AS
mulai menurun. Setidaknya ditandainya melemahnya dolar terhadap mata
uang negara-negara di dunia termasuk terhadap mata uang rupiah.
Sementara
itu Ketua Bidang Organisasi Gapki Bambang Aria Wisena mengatakan
penetapan HPE dengan rupiah sangat mungkin. Bahkan bukan itu saja,
Indonesia pun berpeluang menjadi basis penetapan harga internasional
produk sawit dunia, Indonesia sudah memiliki Bursa Berjangka Jakarta
(BBJ) dan ICDX.
"Memang itu harus ada trust (kepercayaan) dari lokal," kata Bambang.
Ia
mengatakan setidaknya harus ada transparansi data antara pelaku sawit
di dalam negeri. Sehingga volume perdagangan di dua tempat pasar
komoditi tersebut terus meningkat dan pada akhirnya akan menentu harga
sawit secara internasional.
"Kalau volume bagus bisa menjadi referensi (harga)," katanya.
DIKUTIP DARI DETIK, SENIN, 15 NOPEMBER 2010