Harga CPO terangkat jelang hari raya
24 Agustus 2011
Admin Website
Artikel
3884
JAKARTA: Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) naik dalam 2
hari perdagangan karena konsumsi menjelang hari raya dan kekhawatiran
kondisi tanaman kedelai di AS yang memburuk sehingga akan menurunkan
pasokan minyak sayur dunia.
Harga kontrak CPO untuk pengiriman November naik sebanyak 1,2% menjadi 3.057 ringgit (US$1.028) per metrik ton di Malaysia Derivatives Exchange dan mengakhiri sesi perdagangan pagi pada 3.055 ringgit di Kuala Lumpur. Harga CPO berjangka telah naik 19% pada tahun lalu.
Menurut Ariana Nur Akbar, analis senior pada Monex Investindo Futures, kenaikan itu didukung peningkatan konsumsi menjelang hari raya keagamaan dan data ekspor Malaysia.
“Namun ada potensi penurunan setelah lebaran mengingat kondisi ekonomi global belum pulih,” ujarnya.
Chandran Sinnasamy, kepala perdagangan pada LT International Futures Sdn., mengatakan akan ada perlambatan dalam pengiriman seiring upaya pemenuhan kebutuhan domestik jelang Idulfitri. “Putaran berikutnya permintaan akan datang dari India sebelum perayaan Deepavali pada Oktober,” katanya.
Selain itu muncul kekhawatiran bahwa produksi di Indonesia dan Malaysia, dua penghasil terbesar, diperkirakan jatuh Agustus ini seiring berkurangnya jam kerja buruh selama bulan puasa yang dimulai 1 Agustus hingga Idulfitri, akhir bulan.
Sebelumnya Dewan Sawit Malaysia menyebutkan pasokan CPO dari penghasil terbesar kedua itu tergelincir 0,1% menjadi 1,75 juta ton pada Juli. Cadangan turun menjadi 2 juta ton pada Juli dari 2,05 juta ton pada Juni, sementara ekspor naik 9,1% menjadi 1,73 juta ton.
Menurut surveyor independen Intertek ekspor minyak sawit Malaysia naik 14,5% menjadi 1,17 juta ton pada 20 hari pertama pada Agustus dari periode yang sama pada bulan Juli. Menurut estimasi Societe Generale de Surveillance pengiriman naik 14% menjadi 1,17 juta ton pada periode yang sama.
Sementara itu kenaikan harga kemarin didukung oleh melajunya harga kedelai, substitusi sawit yang sama-sama digunakan dalam minyak sayur dan biofuel. Harga kedelai naik karena kondisi tanaman di AS yang memburuk.
Departemen pertanian AS memperkirakan prosentase tanaman yang berada dalam kondisi baik atau sangat baik turun menjadi 59% pada 21 Agustus, dibandingkan dengan 61% seminggu sebelumnya dan 64% pada tahun sebelumnya.
Adapun pemantau kekeringan dari University of Nebraska menyebutkan kondisi di bagian Iowa, Illinois dan Indiana berubah dari kisaran "normal kering" menjadi kekeringan "moderat."
"Cuaca mungkin memperburuk tanaman, sehingga semua ini mendukung harga," kata Donny Khor, wakil presiden senior untuk pasar berjangka dan opsi pada OSK Investment Bank Bhd, Kuala Lumpur, seperti dikutip Bloomberg. Pasokan yang berkurang, tuturnya, sedikit banyak akan ikut mendorong harga minyak sawit.
Menurut hasil survei tahunan Farmer Midwest Crop hasil panen kedelai di South Dakota anjlok 12,3% dari tahun sebelumnya. Survei yang menyerupai tur diikuti petani, analis, agronomi, wartawan dan pembeli biji-bijian yang pekan ini akan memeriksa tumbuhan jagung dan kedelai di daerah penghasil utama.
Sementara itu harga kedelai pengiriman November naik 0,4% menjadi US$13,905 per bushel di Chicago Board of Trade setelah melaju 1,2% sehari sebelumnya. Adapun harga minyak kedelai pengiriman Desember naik 0,6% menjadi 56,49 sen per pon.
Harga minyak sawit untuk pengiriman Mei di Dalian Commodity Exchange naik 1,2% menjadi 8.926 yuan (US$1,396) per ton, sedangkan minyak kedelai untuk pengiriman bulan yang sama meningkat 1% menjadi 10.140 ton yuan.
Deddy Saleh, Direktur Perdagangan Luar Negeri Kementrian Perdagangan menyatakan Indonesia mempertahankan tarif pajak ekspor CPO untuk September sebesar 15%.
Harga kontrak CPO untuk pengiriman November naik sebanyak 1,2% menjadi 3.057 ringgit (US$1.028) per metrik ton di Malaysia Derivatives Exchange dan mengakhiri sesi perdagangan pagi pada 3.055 ringgit di Kuala Lumpur. Harga CPO berjangka telah naik 19% pada tahun lalu.
Menurut Ariana Nur Akbar, analis senior pada Monex Investindo Futures, kenaikan itu didukung peningkatan konsumsi menjelang hari raya keagamaan dan data ekspor Malaysia.
“Namun ada potensi penurunan setelah lebaran mengingat kondisi ekonomi global belum pulih,” ujarnya.
Chandran Sinnasamy, kepala perdagangan pada LT International Futures Sdn., mengatakan akan ada perlambatan dalam pengiriman seiring upaya pemenuhan kebutuhan domestik jelang Idulfitri. “Putaran berikutnya permintaan akan datang dari India sebelum perayaan Deepavali pada Oktober,” katanya.
Selain itu muncul kekhawatiran bahwa produksi di Indonesia dan Malaysia, dua penghasil terbesar, diperkirakan jatuh Agustus ini seiring berkurangnya jam kerja buruh selama bulan puasa yang dimulai 1 Agustus hingga Idulfitri, akhir bulan.
Sebelumnya Dewan Sawit Malaysia menyebutkan pasokan CPO dari penghasil terbesar kedua itu tergelincir 0,1% menjadi 1,75 juta ton pada Juli. Cadangan turun menjadi 2 juta ton pada Juli dari 2,05 juta ton pada Juni, sementara ekspor naik 9,1% menjadi 1,73 juta ton.
Menurut surveyor independen Intertek ekspor minyak sawit Malaysia naik 14,5% menjadi 1,17 juta ton pada 20 hari pertama pada Agustus dari periode yang sama pada bulan Juli. Menurut estimasi Societe Generale de Surveillance pengiriman naik 14% menjadi 1,17 juta ton pada periode yang sama.
Sementara itu kenaikan harga kemarin didukung oleh melajunya harga kedelai, substitusi sawit yang sama-sama digunakan dalam minyak sayur dan biofuel. Harga kedelai naik karena kondisi tanaman di AS yang memburuk.
Departemen pertanian AS memperkirakan prosentase tanaman yang berada dalam kondisi baik atau sangat baik turun menjadi 59% pada 21 Agustus, dibandingkan dengan 61% seminggu sebelumnya dan 64% pada tahun sebelumnya.
Adapun pemantau kekeringan dari University of Nebraska menyebutkan kondisi di bagian Iowa, Illinois dan Indiana berubah dari kisaran "normal kering" menjadi kekeringan "moderat."
"Cuaca mungkin memperburuk tanaman, sehingga semua ini mendukung harga," kata Donny Khor, wakil presiden senior untuk pasar berjangka dan opsi pada OSK Investment Bank Bhd, Kuala Lumpur, seperti dikutip Bloomberg. Pasokan yang berkurang, tuturnya, sedikit banyak akan ikut mendorong harga minyak sawit.
Menurut hasil survei tahunan Farmer Midwest Crop hasil panen kedelai di South Dakota anjlok 12,3% dari tahun sebelumnya. Survei yang menyerupai tur diikuti petani, analis, agronomi, wartawan dan pembeli biji-bijian yang pekan ini akan memeriksa tumbuhan jagung dan kedelai di daerah penghasil utama.
Sementara itu harga kedelai pengiriman November naik 0,4% menjadi US$13,905 per bushel di Chicago Board of Trade setelah melaju 1,2% sehari sebelumnya. Adapun harga minyak kedelai pengiriman Desember naik 0,6% menjadi 56,49 sen per pon.
Harga minyak sawit untuk pengiriman Mei di Dalian Commodity Exchange naik 1,2% menjadi 8.926 yuan (US$1,396) per ton, sedangkan minyak kedelai untuk pengiriman bulan yang sama meningkat 1% menjadi 10.140 ton yuan.
Deddy Saleh, Direktur Perdagangan Luar Negeri Kementrian Perdagangan menyatakan Indonesia mempertahankan tarif pajak ekspor CPO untuk September sebesar 15%.
DIKUTIP DARI BISNIS INDONESIA, SELASA, 23 AGUSTUS 2011