(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Gubernur Ingin Kaltim Kembangkan POME

09 Maret 2014 Admin Website Berita Daerah 4157
Gubernur Ingin Kaltim Kembangkan POME

SAMARINDA. Limbah cair kelapa sawit atau yang dikenal Palm Oil Mill Effluent (POME) mampu menghasilkan gas metan berguna untuk energi listrik alternatif. Namun, hingga saat ini limbah sawit tersebut belum mampu dikelola secara maksimal.

Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak mengakui sudah ada beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit (PKS) yang telah menunjukkan komitmen dan kepeduliannya dengan mengelola limbah cair sawit (POME) menjadi energi listrik alternatif (biodiesel) untuk masyarakat.  

Perusahaan-perusahaan tersebut yakni PT Rea Kaltim Plantations di Kembang Janggut Kutai Kartanegara dan PT Telen Group di Talisayan Kabupaten Berau serta Group PT Sinar Mas (PT Astra dan PT Smart) di Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur.

"Saya ingin agar perusahaan perkebunan kelapa sawit dimana pun berada bisa membantu rakyat sekitarnya melalui kegiatan CSR (corporate social responsibility) bekerjasama dengan PLN membangun pembangkit listrik bersumber dari POME," harap Awang Faroek Ishak usai menerima jajaran PT PLN Wilayah Kaltim Kaltara di Samarinda, Kamis (6/3).

Misalnya, PT Rea Kaltim Plantations di Kecamatan Kembang Janggut telah membangun pembangkit listrik tenaga biodiesel (POME) berkekuatan 8 MW untuk tahun ini didukung PT PLN akan dibangunkan jaringan listrik dengan alokasi anggaran sebesar  Rp53 miliar.

Berarti melalui pola kerjasama PKS dengan PLN ini. Maka,  akan ada ratusan rumah penduduk di beberapa desa teraliri listrik. Disinilah ujar Awang, pentingnya dukungan bupati dan walikota untuk menggerakkan PKS  di daerahnya.

Semoga keinginan mulia Awang Faroek ini mendapat dukungan kabupaten/kota, perusahaan perkebunan kelapa sawit dan dukunga kemudahan perizinan. Semoga ini tidak hanya menjadi wacana yang memberi pengharapan pada masyarakat kecil.

Selama ini perusahan perkebunan kelapa sawit hanya mementingkan keuntungan saja dengan lebih untung menjual CPO ke luar negeri dibandingkan mengolahnya menjadi minyak goreng berharga murah.

Terlebih bagi Kaltim, hingga saat ini tidak ada satupun perusahan perkebunan kelapa sawit yang mengolah CPO nya menjadi minyak goreng dengan merek lokal.

SUMBER : VIVABORNEO, SABTU, 8 MARET 2014  

Artikel Terkait