(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Disbun Gelar Seminar Pemanfaatan Limbah Perkebunan

08 Maret 2012 Admin Website Artikel 3695

SAMARINDA. Kaltim memiliki potensi pengembangan di bidang perkebunan yang didukung oleh lahan yang subur serta areal perkebunan yang cukup luas. Potensi limbah perkebunan ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai tambah, diantaranya sebagai bahan pupuk organik dan pakan ternak.

Demikian yang disampaikan oleh Ir. Etnawati, M.Si, Kepala Disbun Kaltim, saat membuka secara langsung kegiatan Seminar Pemanfaatan Limbah Perkebunan Untuk Pupuk Organik dan Pakan Ternak, bertempat di Ruang Rapat Hevea, Kantor Disbun Kaltim, Kamis (08/03) pagi tadi.

Kegiatan yang digawangi oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Teknologi Terapan Perkebunan Disbun Kaltim bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur ini dihadiri dari berbagai elemen diantaranya, Badan Lingkungan Hidup, Balibangda, Fakultas Pertanian Unmul, Fakultas Pertanian Untag Samarinda, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, PT. Pupuk Kaltim dan pejabat lingkup Disbun Kaltim.

Etnawati menambahkan, tujuan dari Seminar ini selain untuk mendapatkan teknologi pembuatan pupuk organik dan pakan ternak dengan menggunakan limbah cangkang kakao dan tandan kosong kelapa sawit, juga dapat memberikan nilai tambah bagi petani itu sendiri.

Adapun proses pembuatan pupuk organik dari cangkang kakao melalui beberapa proses, diantaranya cangkang kakao dicacah dengan menggunakan parang atau mesin pencacah. Kemudian campurkan cangkang kakao dengan kotoran ternak secara merata diatas terpal plastik, dilanjutkan dengan melarutkan Effective Micro-organisms 4 (EM-4), gula pasir dan air dengan perbandingan 1:1:10.

Larutan EM-4 disiramkan pada campuran cangkang dan kotoran ternak setiap ketebalan 15 cm sampai ketinggian 1,2 meter. Kemudian ditutup menggunakan terpal plastik dengan cara melipat dari ujung ke ujung sehingga menyerupai kotak segi empat. Lakukan pembalikan setiap 7 hari sebanyak 3 kali.

Dan pada minggu ke empat kompos sudah jadi, yang ditandai dengan tekstur remah, warna coklat kehitam - hitaman, bau tidak menyengat lagi. Untuk tujuan komersil lakukan pengayakan dengan menggunakan kawat ram dan lakukan pengemasan dengan karung atau plastik dengan berat kemasan sesuai pesanan pengguna dengan kapasitas 1 sampai dengan 25 kg.

Sementara untuk proses pengolahan cangkang buah kakao untuk pakan ternak melalui beberapa proses, diantaranya kulit kakao dicacah menjadi ukuran yang kecil, kemudian difermentasi dengan larutan Aspergilus niger selama 4 -5 hari. Selanjutnya dilakukan penjemuran hingga kering selama 2 - 3 hari. Kemudian digiling sampai menjadi tepung halus yang selanjutnya dicampur ke dalam ransum. Dari hasil proses tersebut diperoleh rendemen 25 - 33 persen dan adanya peningkatan nilai nutrisi.

Sedangkan pada proses pengomposan tandan kosong kelapa sawit diawali dengan pencacahan menjadi serpihan - serpihan dengan memakai mesin pencacah. Kemudian bahan yang telah dicacah ditumpuk memanjang dengan ukuran lebar sekitar 2,5 meter dan tinggi 1 meter. Selama proses pengomposan tumpukan tersebut disiram dengan limbah cair yang berasal dari pabrik kelapa sawit.

Proses pengomposan akan berlangsung dalam waktu 1,5 - 3 bulan lamanya. Kompos yang sudah matang dapat dilihat dari ciri - ciri, diantaranya terjadiu perubahan warna menjadi coklat kehitam - hitaman, suhu sudah turun dan mendekati suhu pada awal proses pengomposan, jika diremas, tandan kosong kelapa sawit mudah dihancurkan atau mudah putus serat - seratnya.

Kepala UPTD Teknologi Terapan Perkebunan, Ir. Henny Herdiyanto, MP menjelaskan, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hal seminar ini diantaranya taksasi sumber bahan baku lombah cangkang buah kakao dan tandan kosong kelapa sawit yang ada di tingkat petani, sehingga diharapkan dapat disajikan nilai ekonomi usahanya.

"Dari uji terap hasil proses pupuk organik dari cangkang kosong buah kakao dan cangkang kosong kelapa sawit tersebut akan diujiconakan pada bibit kakao dan kopi,  sehingga akan diujicobakan di di lahan perkebunan masyarakat di masa mendatang", harap Henny. (rey)

SUMBER : UPTD TEKNOLOGI TERAPAN PERKEBUNAN

Artikel Terkait