Didera Kampanye Hitam, Ekspor Sawit RI Masih Kencang
05 Oktober 2010
Admin Website
Artikel
3641
Jakarta -
Kinerja ekspor sawit Indonesia masih menunjukan kenaikan hingga 20%.
Meski saat ini sektor persawitan Indonesia masih didera isu kampanye
hitam seperti dalam kasus Sinarmas.
Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar mengatakan selama Januari-Agustus 2010 nilai ekspor sawit Indonesia mencapai US$ 6,7 miliar atau naik dari periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 5,6 miliar.
"Ada peningkatan yang signifikan sampai 20%. Pada akhir tahun diperkirakan akan menjadi yang tertinggi jika tak ada perubahan yang signifikan," katanya di kantor Kementerian Perdagangan, Jumat malam (1/10/2010).
Mahendra menuturkan, mengenai masalah isu negatif terhadap sektor sawit Indonesia, pemerintah akan mengedepankan aspek komitmen pada penciptaan industri sawit yang berkelanjutan (sustainable).
Pemerintah tak akan meladeni satu per satu terhadap serangan dari organisasi-organisasi LSM lingkungan yang menebar kampanye hitam.
"Jadi bukan merespon pada satu, dua organisasi, tak bereaksi satu persatu," katanya.
Ia menegaskan, pemerintah selain fokus pada upaya mendorong sustainable industri sawit juga memikirkan strategi dalam mendongkrak ekspor sawit, dan upaya hilirisasi produk sawit dan lain-lain.
"Dari pada bereaksi pada hal spesifik," katanya.
Berdasarkan data yang dirilis Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor CPO dan produk turunannya bertambah sebesar 500.000 ton menjadi 1,72 juta ton pada Agustus dibandingkan bulan Juli yang sebesar 1,19 juta ton. Kenaikannya setara 44,3 persen.
Rata-rata terjadi kenaikan volume ekspor ke negara yang menjadi pasar tradisional CPO Indonesia antara lain China, Eropa, India, Pakistan dan Amerika Serikat.
Pada Agustus ini, volume ekspor CPO Indonesia ke India meningkat cukup signifikan sebesar 725.973 ton dibandingkan Juli yang berjumlah 448.94 ton.
Permintaan dari India lebih didominasi minyak sawit mentah (CPO) yang berjumlah 556.944 ton. Sisanya berasal dari produk turunan CPO 169.031 ton. Salah satu faktor pendorong kenaikan ini akibat terjadinya banjir sehingga kebutuhan minyak makan masyarakat India terus meningkat.
Begitupula dengan ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa yang bertambah hingga 428.877 ton dari bulan Juli sebesar 283.802 ton. Pembelian minyak sawit mentah mendominasi ekspor yang mencapai 316.549 ton, disusul dengan RBD Palm Oil berjumlah 31.635 ton, RBD Olein sebesar 39.737 ton dan RBD Stearin 29.775 ton.
Sementara itu, pembelian CPO Indonesia oleh Cina juga bertambah menjadi 152.097 ton dari bulan Juli yang sebesar 107.499 ton.
"Diperkirakan empat bulan mendatang, volume ekspor CPO Indonesia akan terus meningkat karena akan dipengaruhi perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru," kata Direktur Eksekutif Fadhil Hasan.
Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar mengatakan selama Januari-Agustus 2010 nilai ekspor sawit Indonesia mencapai US$ 6,7 miliar atau naik dari periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 5,6 miliar.
"Ada peningkatan yang signifikan sampai 20%. Pada akhir tahun diperkirakan akan menjadi yang tertinggi jika tak ada perubahan yang signifikan," katanya di kantor Kementerian Perdagangan, Jumat malam (1/10/2010).
Mahendra menuturkan, mengenai masalah isu negatif terhadap sektor sawit Indonesia, pemerintah akan mengedepankan aspek komitmen pada penciptaan industri sawit yang berkelanjutan (sustainable).
Pemerintah tak akan meladeni satu per satu terhadap serangan dari organisasi-organisasi LSM lingkungan yang menebar kampanye hitam.
"Jadi bukan merespon pada satu, dua organisasi, tak bereaksi satu persatu," katanya.
Ia menegaskan, pemerintah selain fokus pada upaya mendorong sustainable industri sawit juga memikirkan strategi dalam mendongkrak ekspor sawit, dan upaya hilirisasi produk sawit dan lain-lain.
"Dari pada bereaksi pada hal spesifik," katanya.
Berdasarkan data yang dirilis Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor CPO dan produk turunannya bertambah sebesar 500.000 ton menjadi 1,72 juta ton pada Agustus dibandingkan bulan Juli yang sebesar 1,19 juta ton. Kenaikannya setara 44,3 persen.
Rata-rata terjadi kenaikan volume ekspor ke negara yang menjadi pasar tradisional CPO Indonesia antara lain China, Eropa, India, Pakistan dan Amerika Serikat.
Pada Agustus ini, volume ekspor CPO Indonesia ke India meningkat cukup signifikan sebesar 725.973 ton dibandingkan Juli yang berjumlah 448.94 ton.
Permintaan dari India lebih didominasi minyak sawit mentah (CPO) yang berjumlah 556.944 ton. Sisanya berasal dari produk turunan CPO 169.031 ton. Salah satu faktor pendorong kenaikan ini akibat terjadinya banjir sehingga kebutuhan minyak makan masyarakat India terus meningkat.
Begitupula dengan ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa yang bertambah hingga 428.877 ton dari bulan Juli sebesar 283.802 ton. Pembelian minyak sawit mentah mendominasi ekspor yang mencapai 316.549 ton, disusul dengan RBD Palm Oil berjumlah 31.635 ton, RBD Olein sebesar 39.737 ton dan RBD Stearin 29.775 ton.
Sementara itu, pembelian CPO Indonesia oleh Cina juga bertambah menjadi 152.097 ton dari bulan Juli yang sebesar 107.499 ton.
"Diperkirakan empat bulan mendatang, volume ekspor CPO Indonesia akan terus meningkat karena akan dipengaruhi perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru," kata Direktur Eksekutif Fadhil Hasan.
DIKUTIP DARI DETIK, SABTU, 2 OKTOBER 2010