4 Pabrik Olahan Kakao Kolaps Belum Bisa Beroperasi
05 Oktober 2011
Admin Website
Artikel
1957
Jakarta -
Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) mencatat ada 4 pabrik olahan
kakao yang belum juga beroperasi setelah keluarnya kebijakan pengenaan
pajak ekspor biji kakao 1 April 2010. Pabrik-pabrik itu sempat tutup
bertahun-tahun kekurangan pasokan bahan baku biji kakao karena ekspor
besar-besaran biji kakao sebelum adanya kebijakan tersebut.
"Hal tersebut dikarenakan industri tersebut sudah berhenti terlalu lama sehingga mengalami beberapa kendala internal," kata Ketua Umum AIKI Pieter Jasman kepada detikFinance, Rabu (5/9/2011)
Ia menjelaskan 4 pabrik olahan kakao masih memerlukan waktu untuk merekrut karyawan. Mereka juga masih kesulitan mendapat pasokan listrik kembali dari PLN dan masih melakukan perbaikan mesin-mesin yang sudah lama tak beroperasi.
"Pabrik-pabrik itu ada di Surabaya, Kendari, Makassar, kapasitasnya berkisar dari 5.000 - 20.000 metrik ton per tahun," katanya.
Tercatat hingga kini sudah ada 14 pabrik olahan kakao di Indonesia, diantaranya 4 pabrik belum beroperasi kembali. Sebanyak 10 pabrik sudah mulai pulih, setelah ada 6 pabrik yang beroperasi kembali pasca pajak ekspor biji kakao.
Menurutnya saat ini penyerapan biji kakao oleh industri olahan dalam negeri terus meningkat. Misalnya pada 2010 lalu penyerapan biji kakao oleh industri dalam negeri sudah mencapai sebesar 120.000 ton dan tahun ini diperkirakan bisa mencapai 280.000 ton bahkan akan mencapai 400.000 ton pada 2012.
Pasca kebijakan 2 bulan terakhir telah ada 6 pabrik kakao yang kembali berproduksi yang sebelumnya mati suri. Saat ini hanya 11 pabrik yang beroperasi termasuk 6 pabrik tadi dari total 15 pabrik pengolahan kakao yang ada di Indonesia.
AIKI juga mencatat akan ada 2 investasi baru di pabrik pengolahan biji kakao di Indonesia yang berasal dari Malaysia dan Singapura. Indonesia menjadi lirikan investasi pabrik olahan kakao karena memiliki produksi kakao 500-600.000 ton per tahun.
Kebutuhan kakao dunia per tahunnya mencapai hingga 3,5 juta ton dengan pertumbuhan permintaan hingga 5% per tahun atau 175.000 ton per tahun.
Berdasarkan target pemerintah, hingga tahun 2020 produksi kakao Indonesia bisa mencapai 2 juta ton per tahun.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, RABU, 5 OKTOBER 2011
"Hal tersebut dikarenakan industri tersebut sudah berhenti terlalu lama sehingga mengalami beberapa kendala internal," kata Ketua Umum AIKI Pieter Jasman kepada detikFinance, Rabu (5/9/2011)
Ia menjelaskan 4 pabrik olahan kakao masih memerlukan waktu untuk merekrut karyawan. Mereka juga masih kesulitan mendapat pasokan listrik kembali dari PLN dan masih melakukan perbaikan mesin-mesin yang sudah lama tak beroperasi.
"Pabrik-pabrik itu ada di Surabaya, Kendari, Makassar, kapasitasnya berkisar dari 5.000 - 20.000 metrik ton per tahun," katanya.
Tercatat hingga kini sudah ada 14 pabrik olahan kakao di Indonesia, diantaranya 4 pabrik belum beroperasi kembali. Sebanyak 10 pabrik sudah mulai pulih, setelah ada 6 pabrik yang beroperasi kembali pasca pajak ekspor biji kakao.
Menurutnya saat ini penyerapan biji kakao oleh industri olahan dalam negeri terus meningkat. Misalnya pada 2010 lalu penyerapan biji kakao oleh industri dalam negeri sudah mencapai sebesar 120.000 ton dan tahun ini diperkirakan bisa mencapai 280.000 ton bahkan akan mencapai 400.000 ton pada 2012.
Pasca kebijakan 2 bulan terakhir telah ada 6 pabrik kakao yang kembali berproduksi yang sebelumnya mati suri. Saat ini hanya 11 pabrik yang beroperasi termasuk 6 pabrik tadi dari total 15 pabrik pengolahan kakao yang ada di Indonesia.
AIKI juga mencatat akan ada 2 investasi baru di pabrik pengolahan biji kakao di Indonesia yang berasal dari Malaysia dan Singapura. Indonesia menjadi lirikan investasi pabrik olahan kakao karena memiliki produksi kakao 500-600.000 ton per tahun.
Kebutuhan kakao dunia per tahunnya mencapai hingga 3,5 juta ton dengan pertumbuhan permintaan hingga 5% per tahun atau 175.000 ton per tahun.
Berdasarkan target pemerintah, hingga tahun 2020 produksi kakao Indonesia bisa mencapai 2 juta ton per tahun.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, RABU, 5 OKTOBER 2011