
BANJARMASIN. Anggota Komisi IV DPR-RI Habib Nabiel Fuad Almusawa menyarankan
Pemerintah Indonesia agar membuat kebijakan mewajibkan produsen minyak
mentah sawit (CPO) meningkatkan menjual hasil produksinya di pasaran
dalam negeri hingga 15 persen.
"Peningkatan tersebut guna
mengantisipasi produksi minyak siap jual (lifting) tahun ini yang
diperkirakan tidak akan bisa mencapai 870.000 barel per hari (bph),
sebagaimana target APBN 2014," ujarnya dalam keterangan persnya kepada
wartawan di Banjarmasin, Selasa.
"Karena kebijakan pemerintah
saat ini, hanya mewajibkan produsen CPO memasarkan 10 persen hasilnya di
dalam negeri. Persentase itu naikan lagi lima persen, sehingga menjadi
15 persen," lanjut legislator asal daerah pemilihan (dapil) Kalimantan
Selatan (Kalsel) tersebut.
Saran politisi Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) itu mengomentari laporan Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), yang menyatakan
realisasi lifting minyak tahun ini (2014) diproyeksikan hanya 813.000
bph.
Ia mengungkapkan, proyeksi itu didasarkan pada persetujuan
SKK Migas atas rencana kerja dan anggaran kontraktor kontrak kerja sama
yang menyebutkan bahwa realisasi lifting tahun 2014 adalah 804.000 bph.
"Sementara
optimalisasi dari semua program terinventarisasi diperkirakan menambah
pasokan sekitar 9.000 bph. Hal ini karena lapangan-lapangan minyak dalam
negeri sudah cukup tua dan tidak ada penemuan baru yang besar,"
ungkapnya.
Jadi, menurut wakil rakyat yang menyandang gelar
insinyur dan magister bidang pertanian tersebut, ada defisit lifting
minyak antara target APBN dengan proyeksi sebesar 57.000 bph, dan untuk
mencukupinya berarti harus ada tambahan impor sebesar itu.
"Dengan
tambahan kewajiban jual CPO di dalam negeri sebesar lima persen atau
hingga menjadi 15 persen, harapannya bisa mengcover seluruh defisit.
Tapi kalaupun tidak bisa mengcover semua, setidaknya bisa mengurangi
nilai impor," lanjutnya.
Ia mengungkapkan pula, kebijakan
biodiesel saat ini untuk mendorong mencampurkan 10% bahan bakar nabati
ke solar. Besaran tersebut akan terus ditingkatkan.
"Saat ini
bahan baku biodiesel masih bergantung pada kelapa sawit (CPO).
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menargetkan total
produksi biodiesel tahun ini 4,02 juta kilo liter (KL), guna bisa
menghemat devisa negara sebesar 3,1 miliar dolar Amerika Serikat,"
ujarnya.
"Campuran 10 persen bisa menghemat devisa 3,1 miliar
dolar AS. Jadi kalau ditambah lima persen berarti ada tambahan
penghematan devisa sekitar 1,5 miliar dolar AS," demikian Habib Nabiel.
DIKUTIP DARI INVESTOR DAILY, RABU, 5 MARET 2014