
SAMARINDA. Potensi investasi pertanian di Kaltim masih terbuka lebar. Salah
satunya karet. Untuk meningkatkan harga komoditas satu ini, Dinas
Perkebunan (Disbun) Kaltim segera mengoperasikan pabrik karet di
Kecamatan Palaran Samarinda. Karet dianggap salah satu sektor yang
diminati para investor sehingga dapat berkembang dengan baik di Kaltim.
Kepala Disbun Kaltim Ujang Rachmad mengatakan, dalam waktu dekat akan
segera beroperasi pabrik karet. Hal ini bisa menjadi angin segar bagi
para petani di tengah lesunya harga karet di pasaran. “Kami berusaha
menjembatani pemasaran karet mentah langsung menuju pabrik pengolahan
karet, untuk meningkatkan penghasilan petani karet,” ujarnya Kamis
(14/9).
Menurutnya, Disbun Kaltim berupaya menjembatani pemasaran karet
mentah langsung menuju pabrik pengolahan karet. Tempat pengolahan karet
di Palaran itu tinggal menunggu penyelesaian utilitas pabrik. “Hal ini
juga berupaya untuk memperbaiki harga karet saat ini,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, ada beberapa faktor yang mendasari turunnya harga
karet saat ini. Yaitu karena, memang kualitas karet yang rendah. Lalu,
maraknya para tengkulak yang memainkan harga di pasaran. “Para tengkulak
nakal ini yang harus diputuskan mata rantainya. Sehingga petani tidak
perlu menjual kepada tengkulak. Biar langsung menjual produk mentah
karet ke pabriknya,” jelasnya.
Ujang mengatakan, penyuluhan langsung kepada para petani juga akan
dilakukan. Untuk mengedukasi petani agar bisa memenuhi kriteria pabrik.
Selanjutnya, akan ada bantuan permodalan untuk meningkatkan mutu dan
kualitas para petani karet.
Areal tanaman karet saat ini tercatat seluas 103.117 hektare. Terdiri
dari areal perkebunan rakyat 89.341 hektare, perkebunan besar negara
sebesar 709 hektare, dan perkebunan besar swasta 13.067 hektare. Dengan
produksi seluruhnya, berjumlah 59.963 ton karet kering. Produksi karet
di Kaltim pada umumnya dipasarkan ke Banjarmasin untuk kebutuhan pabrik crumb rubber. “Pusat
tanaman karet terbesar berada di Kabupaten Kutai Barat. Namun, areal
penanaman karet lainnya yang cukup luas juga berada, Samarinda,
Balikpapan, Bulungan, Samboja, dan Kutai Kartanegara,” ujarnya.
Terpisah, Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail mengatakan, saat
ini jasa perdagangan dan pariwisata memberi kontribusi PDRB sebesar 60
persen. Disusul konstruksi, industri, dan pertanian. “Sedangkan
pertambangan sudah menjadi masa lalu, dan tidak bisa diandalkan lagi,”
ujarnya.
Karet tambahnya, merupakan sektor industri yang cukup menjanjikan.
Meski harga karet belum terlampau baik, namun sudah ada investor yang
berminat. Masih banyak peluang investasi di bidang kebun karet. “Sektor
industri tak boleh terlalu banyak. Kalaupun ada bakal dipusatkan di
Palaran. Sesuai dengan tata ruang Pemkot Samarinda,” ungkapnya.
Nusyirwan mengatakan, penanaman modal asing pabrik pengolahan karet
masuk ke Palaran. Ada investasi senilai Rp 500 miliar itu berlokasi di
bekas perusahaan kayu. Modal biaya pabrikan karet sebesar Rp 197,7
miliar dengan lahan seluas 25 hektare dari sebagian luas areal. “Kami
prediksi pabrik tersebut bisa menyerap hingga 400 tenaga kerja di Kota
Tepian,” tutupnya. (*/ctr/lhl/k15)
SUMBER : KALTIM POST, JUMAT, 15 SEPTEMBER 2017