(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Terdesak, Kakao Butuh Nilai Tambah

30 September 2016 Admin Website Berita Daerah 2621
Terdesak, Kakao Butuh Nilai Tambah
SAMARINDA. Pada 2015 total luas lahan kakao di Kaltim 8.296 hektare. Namun, terus mengecil setiap tahunnya. Hal ini dianggap merupakan akibat peralihan lahan menjadi kebun kelapa sawit. Walaupun lahan terus mengecil seharusnya kakao bisa memiliki nilai tambah.

Sekretaris Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim Yus Alwi Rahman mengatakan, Kaltim merupakan salah satu penghasil kakao rakyat di Indonesia. Walaupun arealnya terus mengecil sebagian masyarakat Kaltim masih menjadikan komoditi ini sebagai mata pencarian utama. “Seharusnya, petani kakao bisa memiliki nilai tambah walaupun lahannya semakin mengecil,” ucapnya.

Menurutnya, selama ini kebanyakan petani Kaltim masih menjual buah mentah, padahal bisa diolah terlebih dahulu agar memiliki nilai tambah. Namun, selama ini pihaknya memiliki keterbatasan untuk membantu para petani tersebut.

"Kalau sudah urusan peningkatan nilai tambah itu urusan Disperindagkop (Dinas Perdagangan dan Koperasi), jadi kita ini hanya menyediakan bahan baku," ucapnya.

Dia mengatakan, Disperindagkop pasti melakukan yang terbaik hanya saja mungkin memiliki keterbatasan tersendiri. Pihaknya kadang juga bisa membantu dengan memberikan mesin alat pengolah dan sebagainya. Luas lahan kakao memang terus mengecil setiap tahunnya, pada 2014 luasnya masih 9.514 hektare namun pada 2015 menjadi 8.296 hektare.

"Tanaman tersebut secara keseluruhan merupakan tanaman rakyat. Produksi biji kakao Kaltim sebagian besar dipasarkan di Sabah Malaysia," ucapnya.

Produk petani perkebunan kakao lainnya dipasarkan sebagai perdagangan antarpulau ke Makassar untuk selanjutnya dipasarkan ke Amerika Serikat. ”Sehingga memang seharusnya Kakao memiliki nilai tambah dengan diolah terlebih dahulu,” ucapnya.

Dalam upaya mendorong perluasan, tanaman kakao di Kalimantan Timur, Dinas Perkebunan selain memberikan bimbingan juga bantuan bibit unggul, sarana produksi dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) perkebunan.

Beberapa daerah yang tercatat sebagai sentra penanaman kakao di Kaltim pada 2015 antara lain Berau 2.463 hektare, Kutai Timur 4.082 hektare, Kutai Barat 500 hektare, Kutai Kartanegara 161 hektare, Mahakam Ulu 854 hektare, PPU 13 hektare, Paser 198 hektare, Samarinda 15 hektare, Balikpapan 9 hektare, Bontang  1 hektare.  (*/ctr/lhl/k15)

SUMBER : KALTIM POST, JUMAT. 30 SEPTEMBER 2016

Artikel Terkait