JAKARTA. Indonesia dan Pakistan resmi menandatangani perdagangan bebas terbatas
atau Preferential Trade Agreement (PTA). Bagi Indonesia, adanya PTA ini
akan membangkitkan kembali kinerja ekspor sawit mentah (CPO) ke Pakistan
yang selama ini rontok karena kalah bersaing.
Menteri
Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan volume perdagangan CPO Indonesia di
Pakistan sebelumnya sempat mencapai rekor tertinggi US$ 550 juta.
Namun sekarang ini di bawah US$ 100 juta atau turun hampir 75%.
Penurunan ini karena Pakistan telah melakukan PTA lebih dulu dengan
Malaysia, sehingga CPO Negeri Jiran itu mendapat pajak impor yang rendah
sementara Indonesia sebaliknya.
"Saya kira itu yang kita
harapkan kembali US$ 500 lagi. Berarti kita bisa meningkatkan ekspor
kita ke Pakistan yang sekarang itu sudah US$ 1 miliar, bisa lah hampir
US$ 1,5-1,6 miliar," kata Mendag Gita Wirjawan usai acara penandatangan
PTA, di kantornya, Jumat (3/2/2012)
Gita menambahkan pelaksanaan
efektif PTA dengan Pakistan berlaku setelah kedua negara melakukan
ratifikasi beberapa bulan kedepan. Rencananya dalam jangka panjang PTA
ini akan ditingkatkan menjadi Free Trade Agreement (FTA) bilateral.
"Tentu
ini melalui proses, apalagi domestik proses Indonesia dengan harus
diratifikasi dulu kemudian bahwa apa yang kita sudah lakukan dan kita
implementasikan. Kira-kira 3-4 bulan proses paling lama," katanya.
Selain
tarif CPO yang lebih rendah pasca PTA dengan Pakistan, sebaliknya
Pakistan akan menikmati fasilitas lebih rendah bagi produk-produknya
antaralain yang fenomenal adalah jeruk kino. Dalam perundingan kedua
negara, Indonesia berhasil untuk mendapatkan sekitar 287 tarif yang
diminta dan Indonesia memberikan 281 tarif kepada Pakistan.
"Balance of trade kita, kita selalu surplus dengan karna faktor palm oil yang membuat surplus besar. Yang lainnya ada market seperti pohon pinang, gambir, sepatu kemudian paper, kertas," katanya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, JUMAT, 3 PEBRUARI 2012