JAKARTA--MICOM: Asosiasi Gula Indonesia (AGI) mengeluhkan
pemerintah lambat dalam merevitalisasi industri gula melalui langkah
ekstensifikasi dengan perluasan areal dan pembangunan pabrik gula (PG)
baru. Ketidakberjalan ini membuat tidak terpenuhinya target swasembada
gula di 2014.
"Pemerintah sangat lambat dalam merevitalisasi gula. Pemerintah
telah tiga kali mencanangkan program revitalisasi yakni 2002, 2006, dan
2009, namun tidak ada hasil. Hingga kini tidak ada penambahan lahan baru
untuk perkebunan tebu dan pabrik gula. Padahal, banyak investor
tertarik untuk berinvestasi di industri gula," kata Ketua AGI Faruk
Bakrie dalam seminar kiat sukses berinvestasi industri gula/tebu di
Jakarta, Rabu (4/5).
Menurut Faruk , sedikitnya enam kendala utama dalam lambatnya
revitalisasi gula. Di antaranya, kesulitan memperoleh lahan, terbatasnya
infrastruktur daerah baru, ketatnya kompetisi penggunaan lahan dengan
tanaman nontebu, bunga bank yang cukup tinggi.
Fluktuasi harga gula yang tinggi antarwaktu dan daerah yang dipengaruhi oleh kondisi ketidakstabilan supply-demand,
pengaruh fluktuasi pasar gula dunia, ketiadaan stok penyangga harga
pasar gula dalam negeri, infrastruktur dan sistem distribusi yang tidak
lancar menyebabkan harga tidak stabil. Ini memunculkan keraguan bagi
kalangan investor untuk berinvestasi ke dalam bisnis industri gula.
"Lahan tidak ada. Padahal secara perhitungan, pabrik gula baru harus
sudah mulai diproduksi di awal 2012, sehingga lahannya harus tersedia
di 2011. Dibutuhkan areal 500 ribu hektar (ha) untuk pabrik baru.
Melihat kondisi ini, pesimistis bisa tercapai," kata Direktur Jenderal
Industri Agro dan Kimia Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, RABU, 4 MEI 2011