SLTT Akan Terus Kawal Lahan - Lahan Pertanian
TENGGARONG – Perhelatan Penas XIII Petani Nelayan 2011 di Kutai Kartanegara, Kaltim, telah berakhir. Ditutup oleh Menteri Pertaian, H Suswono, dengan ucapan Alhamdulillah. Kini, yang tersisa hanya kerinduan antarpeserta untuk bertemu kembali di ajang yang sama, untuk berinteraksi, tukar menukar informasi dan pengalaman dalam membangun pertanian ini. Penas XIV Petani Nelayan tahun 2014 nanti di Jawa Tiumur.
Mentan Suswono menghendaki para petani nelayan dapat memanfaatkan pembelajaran yang didapat selama mengikuti kegiatan Penas XIII, 18 – 23 Juni 2011. “Penas adalah media yang sangat baik bagi petani dan nelayan dalam meningkatkan produktifitas. Di dalamnya terdapat gelar teknologi yang memamerkan inovasi-inovasi yang sudah diujicobakan dan berhasil,” terangnya kepada wartawan di Tenggarong, Kukar.
Selain itu, Penas pun dapat dijadikan sebagai ajang promosi bagi pelaku usaha dalam memamerkan berbagai produk dan temuan-temuan baru yang didapat dan bisa dikembangkan. Dengan demikian diharapkan akan terjadi transaksi bisnis dan usaha yang saling menguntungkan di bidang pertanian.
“Saya berharap petani dapat melihat langsung di lapangan inovasi-inovasi yang dipamerkan. Khusunya yang dihasilkan oleh Puslitbang (pusat penelitian dan pengembangan) Kementerian Pertanian, sehingga mereka dapat mengadopsi inovasi-inovasi tersebut untuk diujicoba dan diterapkan di daerahnya masing-masing,” tambahnya.
Mentan sendiri merasa terkesan dengan pelaksanaan Penas yang bisa dikatakan sebagai jambore petani. Penas XIII di Kutai Kartanegara, Kaltim, ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah penyelenggaraannya, yakni dihadiri lebih dari 30.000 ribu petani nelayan se-Indonesia, dan ditambah petani negara ASEAN dan Jepang. Pelaksanaannya pun cukup bagus, aman dan lancar, sehingga Penas XIII disebutnya sukses menggembirakan dan terakbar.
Bagaimana upaya mewujudkan ketahanan pangan 3,6 juta ton beras dalam menghadapi animali iklim yang tidak stabil dan penyempitan lahan pertanian? Menurut Mentan, yang harus dilakukan adalah peningkatan produktifitas. Kementerian Pertanian sudah menciptakan varietas benih yang tahan terhadap berbagai kondisi alam, baik genangan air atau rawa, di areal kering dan tahan serangan hama. Antara lain padi Inpara untuk daerah rawa, Inpago untuk daerah kering, dan inpari 13 untuk benih yang tahan hama wereng.
“Seperti itulah upaya-upaya yang dilakukan pada sisi benih. Sedang sisi on farm atau sisi lahan pertanian akan terus dikawal oleh SLTT (Sekolah Lapang Tanaman Terpadu), karena akan menjadi sawah percontohan. Dengan demikan diharapkan dapat meningkatkan produktifitas beras hingga 1,7 ton per/ha,” urainya
Persoalan lain yang juga harus diperhatikan adalah penanganan lahan pasca panen. Jika dibiarkan dikhwatirkan akan menyebabkan ‘loss’ atau lahan rusak. “Loss kita hingga saat ini masih sangat besar, sekitar 10 % sehingga kita harus meguranginya minimal 2 % saja sudah cukup bagus,” kata menteri.
SUMBER : DISKOMINFO PROV. KALTIM