Produksi Kelapa Sawit Belum Optimal
Sjafran memaparkan, peluang pengembangan kelapa sawit di Kaltim cukup potensial, di mana kawasan budidaya non kehutanan (KBNK) seluas 5,2 juta Ha dengan lahan potensial sekitar 4,1 juta Ha. Saat ini, pengusaha kelapa sawit telah memperoleh izin lokasi seluas 1,9 juta Ha, dengan izin usaha perkebunan seluas 754,3 ribu Ha.
Berdasarkan data, rata-rata pertumbuhan luas areal perkebunan kelapa sawit sebesar 7,62 persen per tahun. "Sedangkan untuk pertumbuhan produksi perkebunan rata-rata 25,54 persen per tahun," katanya.
Tapi, pengembangan perkebunan kelapa sawit di Kaltim juga memiliki tantangan yang besar. Seperti yang dijelaskan Sjafran, infrastruktur sebagai pendukung usaha perkebunan sawit belum memadai, produktivitas belum optimal, mutu panen agar menghasilkan mutu Crude Palm Oil (CPO) yang sesuai standar, tekanan dari sejumlah LSM lingkungan yang mengisukan kerusakan lingkungan akibat perkebunan sawit. Selain itu, di era otonomi daerah yang memiliki perbedaan kebijakan mencolok antardaerah dan pangsa pasar yang belum optimal.
"Saat ini produktivitas hanya bisa mencapai 8,7-11,3 ton, yang seharusnya sudah bisa dioptimalkan menjadi lebih dari 25 ton per Ha. Dari faktor eksternal, tuntutan pasar untuk menerapkan sustainable palm oil berupa 7 principles dan 39 kriteria juga menjadi tantangan pengembangan," ujarnya.
Sebagai solusi, Sjafar menuturkan, pola pembangunan perkebunan sawit yang berkerakyatan dan berwawasan lingkungan dengan skim dana investasi terjamin perlu diwujudkan, kebijakan investasi dan fiskal yang konsisten mendukung terhadap pertumbuhan industri perkebunan sangat dibutuhkan. Di samping itu, penerapan Good Corporate Governance (GEC) diyakini dapat memberikan kontribusi positif dalam peningkatan daya saing dan keunggulan komparatif.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, JUMAT, 13 JUNI 2008