Potensi Sagu Itu Belum Dikembangkan
26 Agustus 2008
Admin Website
Artikel
8492
#img1# NAMUN sagu sebenarnya juga banyak berperan mendukung program pangan. Selama ini tidak banyak masyarakat yang mengetahui akan peran dan manfaat tanaman ini. Sementara di Desa Tanah Priuk, Tanah Grogot, sagu tumbuh secara alami di sepanjang tepi sungai.
Karena kebanyakan daerah itu sudah dimiliki warga, jika kita ingin memperoleh sagu, harus melakukan transaksi. Harga per pohon berkisar Rp 40.000 sampai Rp 50.000. Satu pohon bisa menghasilkan 150 ? 250 kg. Harga sagu di petani sekitar Rp 1.000 hingga Rp 1.200 / kg, dan di pasaran mencapai Rp 3.000 - Rp3.500 / kg.
Menurut pengakuan Hadi, warga setempat, tidak ada petani yang khusus mengelola tanaman sagu. Kebanyakan pemuda yang menjadi para pekerja penghasil sagu hanya sempat mengenyam pendidikan Sekolah Dasar dan bahkan putus sekolah. Mereka mengandalkan pengolahan sagu sebagai sumber nafkah keluarga.
Desa Tanah Priuk merupakan penghasil sagu terbesar di Paser. Dengan hasil panen mencapai 8 ton per bulan, tidak jarang para petani mendapat pesanan dari para pengusaha dan para pengecer luar kota mulai Balikpapan, Samarinda, Bontang bahkan Banjarmasin. Baik untuk keperluan bahan dasar industri baik rumah tangga maupun perusahaan.
Sungai yang pasang surut juga ikut mempengaruhi terhadap tingkat produktifitas para petani sagu, karena dalam proses pengolahan sagu banyak memerlukan air untuk memeras dari bahan baku yang kemudian menjadi sagu yang bersih dan bebas ampas. Bahan yang telah diolah dengan hasil yang telah bersih kemudian siap dipasarkan, sedangkan ampas sagu dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak. Ampas tersebut juga tidak berbahaya bagi lingkungan.
Selain itu kebutuhan terhadap sagu akan meningkat ketika ada acara besar di Tanah Grogot, yang mendorong pengecer menaikkan harga. Penghasilan para petani sagu pun bisa meningkat, termasuk momen tertentu seperti Ramadan dan Lebaran.
Di Tanah Grogot, sagu didistribusikan melalui Pasar Senaken dengan alat transportasi kapal langsung di dermaga pasar tersebut. Namun hal itu juga dikarenakan jalur transportasi darat tidak memungkinkan dijangkau oleh mobil. Jalan satu?satunya menuju lokasi tersebut rusak dan banyak terdapat lubang-lubang besar, sehingga menghambat pemasaran sagu ke luar daerah.
Perhatian Pemkab terhadap para petani sagu menjadi harapan masyarakat Desa Tanah Priuk agar bisa menunjang ekonomi warga. Dalam kehidupan sehari?hari, sagu digunakan sebagai bahan dasar sumber makanan. Contohnya mihun, pembuat dawet, tepung sagu, serta dapat dijadikan bahan membuat roti.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 26 AGUSTUS 2008