Petani dan Pelaku Usaha Kakao Harus Pahami SNI
SAMARINDA. Para petani atau pekebun kakao di kabupaten/kota se Kaltim diharapkan mengerti dan memahami SNI (Standar Nasional Indonesia) sebagai upaya meningkatkan mutu produk kakao olahan. Harapan ini diutarakan Kepala Dinas Perkebunan Kaltim, Hj Etnawati, melalui siaran pers, Senin (29/4).
"Kaltim adalah salah satu daerah pengembangan komoditi Kakao di Indonesia. Karena itu, setiap petani atau pekebun perlu memahami SNI guna meningkatkan kualitas produksi terutama produk olahannya," ungkapnya.
Menurut dia, bila petani atau pelaku usaha kakao mampu melakukan usahanya sesuai standar, maka produk olahannya akan memiliki pangsa pasar lebih baik. Karena itu, upaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan petani atau pelaku usaha kakao terus dilakukan Disbun dengan berbagai upaya seperti sosialisasi penerapan standarisasi mutu produk.
Sosialisasi ini dilakukan dengan menerapkan program peningkatan kualitas kakao melalui intensifikasi dan eksistensifikasi permentasi komoditas biji kakao. Karena itu, mereka diharapkan mampu meningkatkan kualitas produk kakao di Kaltim, sekaligus meningkatkan daya saing di pasar nasional dan bahkan dunia.
"Upaya itu dilakukan, agar kegiatan permentasi kakao dapat dilaksanakan dengan teknologi yang dapat dijangkau petani. Dengan demikian, diharapkan terjadi multiplier effect yang luas dan menguntungkan petani," jelasnya.
Ia berharap, Kaltim ke depan mampu mendukung Indonesia menjadi produsen kakao berkualitas terbesar di dunia. Sampai saat ini, kakao Indonesia merupakan komoditas kakao terbaik ketiga dunia setelah Ghana dan Pantai Gading.
Menurut dia, selama ini harga kakao Indonesia anjlok di pasaran dan hanya mampu menempati posisi ketiga dunia. Padahal, tampilan fisik dan kualitas produknya tidak kalah dengan dua kompetitor itu, namun karena kakao Indonesia tidak dipermentasi.
"Kita berupaya agar Kaltim berperan dalam menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen Kakao dunia. Karenanya, melalui sosialsiasi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan para pelaku usaha maupun petani untuk produk kakao olahan," harapnya.
Menurut Etna, tahun ini kegiatan sosialisasi dilakukan di kecamatan Busang, kabupaten Kutai Timur dengan melibatkan 60 petani kakao dan pelaku usaha produk olahan kakao. Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember, Jawa Timur.
SUMBER ; BIDANG USAHA