(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Pekebun Harus Bersertifikat

09 Mei 2013 Admin Website Berita Kedinasan 2698
Pekebun Harus Bersertifikat
TANJUNG REDEB. Peningkatan hasil perkebunan dan diimbangi dengan nilai jual tinggi, jelas bakal meningkatkan pendapatan pekebun. Apalagi jika ditunjang tingginya kualitas hasil perkebunan tersebut.

Untuk mendukung hal tersebut, Dinas Perkebunan Kaltim bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Berau menggelar pertemuan penerapan jaminan mutu serta keamanan pangan bagi pekebun kakao di Bumi Batiwakkal. Kegiatan yang digelar selama tiga hari tersebut berakhir Rabu (8/5) kemarin dan ditutup Kepala Dinas Perkebunan Berau Basri Sahrin.

Kepala Seksi Standarisasi Mutu dan Pemasaran Hasil, Dinas Perkebunan Kaltim, Siti Wahyuni mengatakan, pertemuan tersebut untuk memberikan pemahaman kepada pekebun kakao untuk meningkatkan mutu hasil perkebunannya. Bahkan pekebun akan disertifikasi, sehingga mutu produksi terjamin.

"Selama ini yang memiliki baru petani, seperti petani padi dan budidaya pertanian lain. Namun perkebunan belum ada. Nah, ini yang akan kita lakukan," ungkapnya.

Hasil produksi perkebunan khususnya kakao dikatakan Siti, saat ini terbilang merata, baik yang sudah fermentasi maupun yang belum. Sehingga tidak ada pembanding antara hasil perkebunan yang bermutu atau tidak. Hal ini yang merugikan pekebun dalam menikmati hasil panen.

Kegiatan tersebut menurutnya juga bagian dari sinergisitas antara pekebun dengan petugas teknis lapangan. "Kita akan berikan pembinaan dan pendampingan dan kegiatan menjadi langkah awal untuk mencapai kakao dengan mutu terbaik," tandasnya.

Pada 2013 ditambahkan Siti, ada tiga Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) kakao yang diusulkan mendapat sertifikasi. Yakni dari Kecamatan Sambaliung di Kampung Suaran dan Tumbit Dayak serta Kecamatan Teluk Bayur di Kampung Tumbit Melayu.

Saat ini pekebun diminta melengkapi pembuatan dokumen sistem mutu sebagai syarat mendapatkan sertifikat. "Kita juga akan dukung dengan pendirian koperasi, sehingga harga kakao di daerah akan stabil," tandasnya.

Sementara Basri Sahrin mengatakan, luasan perkebunan kakao di Berau kini mencapai lebih dari 4.000 hektare. Dia juga memberikan dukungan dengan memaksimalkan petugas pemandu lapangan serta menjalankan program-program pelatihan.

Tidak hanya kakao, beberapa budidaya lain yang menjadi unggulan daerah juga terus dimaksimalkan. "Kita berharap dengan kegiatan semacam ini, semakin meningkatkan kesejahteraan petani dan pekebun," tandasnya. 
 
DIKUTIP DARI KALTIM POST, KAMIS, 9 MEI 2013

Artikel Terkait