2016, Ada Optimisme dari Sektor Sawit
29 Desember 2015
Admin Website
Berita Daerah
1631
SAMARINDA. Guncangan ekonomi
yang berlangsung 2 tahun belakangan ini, akan tetap kita rasakan pada
2016 yang tinggal menghitung hari. Dengan perkembangan ekonomi dunia
pada semester akhir 2015 yang belum bangkit dari kelesuan global,
situasi sama akan tetap menghimpit kinerja ekonomi negara kita, terlebih
lagi akan dirasakan secara regional di Kaltim.
Menghadapi 2016 mendatang, bagi
Kaltim, sektor pertambangan migas belum bisa bangkit dengan harga minyak
global yang semakin menyusut, telah menyentuh USD 35 per barel. Belum
lagi perusahaan migas rekanan pemerintah dengan sistem kontrak bagi
hasil produksi yang berskala besar, mulai berakhir pada 2017. Sementara
persiapan Pertamina sebagai sosok baru yang akan mengelola baru dapat
dirasakan pada 2017.
Dapat dipastikan 2016 nanti merupakan
tahun kurang prospektif untuk sektor pertambangan migas dan sebagian
besar sub pekerjaannya. Meskipun demikian, dengan adanya rencana
pembangunan kilang minyak di Bontang, sektor migas ini akan menggeliat
kencang di kemudian hari setelah 2018.
Lebih jauh, sektor pertambangan
batu bara yang sempat menjadi primadona utama, juga belum dapat lepas
dari impitan lesunya order dan rendahnya harga jual. Sepanjang 2005
hingga 2012, paradigma pertambangan batu bara berubah dari jenis usaha
yang memerlukan permodalan dan teknik bekerja, menjadi jenis usaha yang
berhasil semata-mata karena memiliki kesempatan. Kesempatan berbisnis
ini muncul karena kebetulan memiliki izin pertambangan, atau karena
memiliki perangkat alat yang dibutuhkan.
Paradigma ini mengubah cara pandang
terhadap bisnis batu bara yang mempunyai imbal hasil sangat tinggi pada
2007-2012 sehingga segala biaya operasional maupun biaya lainnya menjadi
sangat tidak terkendali, yang penting output produksi bisa dicapai.
Pada 2016 ini, akan menjadi titik
balik pertambangan batu bara. Saya meyakini pada saatnya nanti akan ada
kegiatan usaha batu bara dengan pola bisnis lebih ekonomis. Secara umum,
beberapa kuasa pertambangan yang mempunyai basis pekerjaan yang kuat,
akan tetap berproduksi. Walaupun volumenya berkurang dibandingkan ketika
sektor ini masih berkilau terang benderang, karena memiliki permodalan
dan skala teknis memadai.
Lalu bagaimana dengan sektor
perkebunan kelapa sawit dan industri turunannya? Sektor yang paling
potensial milik Kaltim ini sejatinya belum dapat menjadi andalan karena
banyak hal. Mulai dari ketidakmampuan menentukan harga minyak kelapa
sawit (crude palm oil/CPO), belum maksimalnya usaha sektor hilir produk
kelapa sawit, dan tekanan aturan Pemerintah Indonesia yang memungut USD
50 per ton untuk ekspor CPO, maupun USD 10 untuk limbah janjang dan
cangkang yang diekspor. Juga banyaknya pungutan pemerintah regional
maupun pemerintah lokal.
Meski demikian, sektor kelapa sawit
terlihat optimistis, seiring loyonya sektor utama lainnya di Kaltim.
Potensi perkebunan yang telah dibuka, akan membangkitkan investasi
industri hilirisasi maupun sub pekerjaan lainnya dalam sektor kelapa
sawit.
Agrobisnis, pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan, merupakan sektor yang sangat
berpotensi besar untuk dikembangkan di Kaltim. Sembari menunggu insentif
dari pemerintah daerah maupun pusat, beberapa hal yang menjadi sinyal
positif adalah, ruas-ruas jalan dan pelabuhan rakyat yang sudah dibangun
pemerintah, terutama di jalur-jalur kabupaten, akan memperlancar akses
petani dan nelayan.
Juga pengetatan illegal fishing
di perairan nasional berimbas kepada kurangnya pasokan ikan, tepung
ikan, dan produk turunannya ke seluruh dunia. Sinyal positif lainnya
adalah pemerintah juga akan memberikan banyak insentif baru kepada
pengusaha di sektor ini, sehubungan dengan kedaulatan dan ketahanan
pangan nasional.
Sementara dari sektor perdagangan umum
dan jasa, persaingan akan semakin tajam dengan kurang cerahnya usaha di
sektor lain. Banyak usaha perdagangan dan jasa skala usaha kecil
menengah (UKM) yang akan tumbuh pada 2016, dengan konsekuensi banyak
pula yang akan mati karena persaingan memperebutkan konsumen di pasar
yang menyusut atau mengecil secara volume.
Terkait dengan masyarakat ekonomi
ASEAN (MEA) yang akan mulai diberlakukan mulai 2016, pangsa pasar Kaltim
akan diperebutkan bukan hanya dalam skala persaingan lokal dan
regional, namun menjadi ajang pasar internasional. Untuk regional
Kaltim, MEA membuka pintu masuk pedagang dari ASEAN ke pasar niche alias terbatas dan khusus yang ada di Kaltim.
Sektor perdagangan yang akan dirambah
pertama kali adalah sektor peralatan berskala besar atau peralatan
berteknologi tinggi yang pasarnya terbatas, dan sektor consumer goods
yang akan masuk melalui Nunukan dan Tarakan (Kaltara) ke Kalimantan
Timur. Sementara sektor jasa akan mengimplementasikan profesional lintas
negara untuk beberapa jasa profesi seperti tenaga kerja kesehatan, engineering hingga akuntan.
Ancaman penerapan MEA secara regional
di Kaltim kemungkinan tidak langsung dirasakan secara luas pada 2016,
sehubungan kurang menggeliatnya ekonomi regional Kaltim. Perlu dicermati
karena para investor yang berasal dari ASEAN akan bebas membawa tenaga
level manajerialnya untuk masuk dan bekerja di seluruh wilayah Indonesia
termasuk Kaltim.
Secara umum, 2016 pertumbuhan ekonomi
Kaltim akan sangat dipengaruhi tingkat belanja pemerintah, dan
selesainya janji pembangunan infrastruktur dasar. Semoga 2016 Kaltim
dapat kembali menunjukkan perkembangan positif. (eff)
SUMBER : KALTIM POST, SELASA, 29 DESEMBER 2015
SUMBER : KALTIM POST, SELASA, 29 DESEMBER 2015