(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

2016, Ada Optimisme dari Sektor Sawit

29 Desember 2015 Admin Website Berita Daerah 1631
2016, Ada Optimisme dari Sektor Sawit
SAMARINDA. Guncangan ekonomi yang berlangsung 2 tahun belakangan ini, akan tetap kita rasakan pada 2016 yang tinggal menghitung hari. Dengan perkembangan ekonomi dunia pada semester akhir 2015 yang belum bangkit dari kelesuan global, situasi sama akan tetap menghimpit kinerja ekonomi negara kita, terlebih lagi akan dirasakan secara regional di Kaltim.

Menghadapi 2016 mendatang, bagi Kaltim, sektor pertambangan migas belum bisa bangkit dengan harga minyak global yang semakin menyusut, telah menyentuh USD 35 per barel. Belum lagi perusahaan migas rekanan pemerintah dengan sistem kontrak bagi hasil produksi yang berskala besar, mulai berakhir pada 2017. Sementara persiapan Pertamina sebagai sosok baru yang akan mengelola baru dapat dirasakan pada 2017.

Dapat dipastikan 2016 nanti merupakan tahun kurang prospektif untuk sektor pertambangan migas dan sebagian besar sub pekerjaannya. Meskipun demikian, dengan adanya rencana pembangunan kilang minyak di Bontang, sektor migas ini akan menggeliat kencang di kemudian hari setelah 2018.
 
Lebih jauh, sektor pertambangan batu bara yang sempat menjadi primadona utama, juga belum dapat lepas dari impitan lesunya order dan rendahnya harga jual. Sepanjang 2005 hingga 2012, paradigma pertambangan batu bara berubah dari jenis usaha yang memerlukan permodalan dan teknik bekerja, menjadi jenis usaha yang berhasil semata-mata karena memiliki kesempatan. Kesempatan berbisnis ini muncul karena kebetulan memiliki izin pertambangan, atau karena memiliki perangkat alat yang dibutuhkan.

Paradigma ini mengubah cara pandang terhadap bisnis batu bara yang mempunyai imbal hasil sangat tinggi pada 2007-2012 sehingga segala biaya operasional maupun biaya lainnya menjadi sangat tidak terkendali, yang penting output produksi bisa dicapai.

Pada 2016 ini, akan menjadi titik balik pertambangan batu bara. Saya meyakini pada saatnya nanti akan ada kegiatan usaha batu bara dengan pola bisnis lebih ekonomis. Secara umum, beberapa kuasa pertambangan yang mempunyai basis pekerjaan yang kuat, akan tetap berproduksi. Walaupun volumenya berkurang dibandingkan ketika sektor ini masih berkilau terang benderang, karena memiliki permodalan dan skala teknis memadai. 
Lalu bagaimana dengan sektor perkebunan kelapa sawit dan industri turunannya? Sektor yang paling potensial milik Kaltim ini sejatinya belum dapat menjadi andalan karena banyak hal. Mulai dari ketidakmampuan menentukan harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), belum maksimalnya usaha sektor hilir produk kelapa sawit, dan tekanan aturan Pemerintah Indonesia yang memungut USD 50 per ton untuk ekspor CPO, maupun USD 10 untuk limbah janjang dan cangkang yang diekspor. Juga banyaknya pungutan pemerintah regional maupun pemerintah lokal.

Meski demikian, sektor kelapa sawit terlihat optimistis, seiring loyonya sektor utama lainnya di Kaltim. Potensi perkebunan yang telah dibuka, akan membangkitkan investasi industri hilirisasi maupun sub pekerjaan lainnya dalam sektor kelapa sawit.

Agrobisnis, pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, merupakan sektor yang sangat berpotensi besar untuk dikembangkan di Kaltim. Sembari menunggu insentif dari pemerintah daerah maupun pusat, beberapa hal yang menjadi sinyal positif adalah, ruas-ruas jalan dan pelabuhan rakyat yang sudah dibangun pemerintah, terutama di jalur-jalur kabupaten, akan memperlancar akses petani dan nelayan.

Juga pengetatan illegal fishing di perairan nasional berimbas kepada kurangnya pasokan ikan, tepung ikan, dan produk turunannya ke seluruh dunia. Sinyal positif lainnya adalah pemerintah juga akan memberikan banyak insentif baru kepada pengusaha di sektor ini, sehubungan dengan kedaulatan dan ketahanan pangan nasional.

Sementara dari sektor perdagangan umum dan jasa, persaingan akan semakin tajam dengan kurang cerahnya usaha di sektor lain. Banyak usaha perdagangan dan jasa skala usaha kecil menengah (UKM) yang akan tumbuh pada 2016, dengan konsekuensi banyak pula yang akan mati karena persaingan memperebutkan konsumen di pasar yang menyusut atau mengecil secara volume.

Terkait dengan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang akan mulai diberlakukan mulai 2016, pangsa pasar Kaltim akan diperebutkan bukan hanya dalam skala persaingan lokal dan regional, namun menjadi ajang pasar internasional. Untuk regional Kaltim, MEA membuka pintu masuk pedagang dari ASEAN ke pasar niche alias terbatas dan khusus yang ada di Kaltim. 
 
Sektor perdagangan yang akan dirambah pertama kali adalah sektor peralatan berskala besar atau peralatan berteknologi tinggi yang pasarnya terbatas, dan sektor consumer goods yang akan masuk melalui Nunukan dan Tarakan (Kaltara) ke Kalimantan Timur. Sementara sektor jasa akan mengimplementasikan profesional lintas negara untuk beberapa jasa profesi seperti tenaga kerja kesehatan, engineering hingga akuntan.

Ancaman penerapan MEA secara regional di Kaltim kemungkinan tidak langsung dirasakan secara luas pada 2016, sehubungan kurang menggeliatnya ekonomi regional Kaltim. Perlu dicermati karena para investor yang berasal dari ASEAN akan bebas membawa tenaga level manajerialnya untuk masuk dan bekerja di seluruh wilayah Indonesia termasuk Kaltim.

Secara umum, 2016 pertumbuhan ekonomi Kaltim akan sangat dipengaruhi tingkat belanja pemerintah, dan selesainya janji pembangunan infrastruktur dasar. Semoga 2016 Kaltim dapat kembali menunjukkan perkembangan positif. (eff)

SUMBER : KALTIM POST, SELASA, 29 DESEMBER 2015

Artikel Terkait