(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

November, Harga TBS Capai Angka Tertinggi

02 November 2013 Admin Website Berita Kedinasan 3903
November, Harga TBS Capai Angka Tertinggi

SAMARINDA. Memasuki periode akhir tahun, harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit terus merangkak naik. Ketersedian minyak nabati dunia, khususnya di Eropa dan Amerika, yang menurun jelang musim dingin, membuat permintaan bahan baku crude palm oil (CPO) itu memaksa harga jualnya ikut naik.

Disampaikan Plt Kepala Dinas Perkebunan Kaltim, Muhammad Yusuf, untuk periode November mendatang, harga TBS naik sebesar Rp 129,63 per kilogram. Kenaikan ini, disebutnya sebagai yang terbesar sepanjang tahun ini.

"Bulan lalu juga naik, tapi tidak sebesar bulan ini. Jelang akhir tahun, harga TBS memang selalu naik. Ini bakal jadi periode menyegarkan bagi para petani," ucapnya.

Untuk TBS berumur tiga tahun, tim penetapan harga menyepakatinya sebesar Rp 1.345,08 per kilogram. Sementara untuk tanaman dengan usia empat dan lima tahun, masing-masing jatuh pada angka Rp. 1.374,36 dan Rp 1.401,47 per kilogram.

"Untuk yang berumur enam tahun Rp 1.437,83, umur tujuh tahun Rp. 1.452,09, delapan tahun Rp 1.487,56, umur sembilan tahun Rp 1.522,10 dan umur sepuluh tahun hingga dua puluh lima tahun dipatok Rp 1.534,02 per kilogram," bebernya.

Kenaikan harga TBS ini, disebut Yusuf, bakal diikuti kenaikan harga produk turunannya, termasuk CPO. "Harga untuk November mendatang pun telah ditetapkan CPO sebesar Rp 7.587,66 per kilogram. Sedangkan kernel (inti sawit) juga naik menjadi Rp 3.537,07 untuk timbangan yang sama," jelasnya.

Dia mengakui, hingga saat ini, masih berlaku perbedaan harga TBS mapun produk turunannya di beberapa daerah di Kaltim. "Untuk menekan perbedaan itu, kami sudah berkoordinasi dengan Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) serta stakeholder perkebunan sawit lainnya untuk sama-sama mengawasi penetapan ini," katanya.

Kenaikan harga TBS, lanjut Yusuf, tidak lepas dari meningkatnya permintaan minyak nabati dari Eropa dan Amerika Serikat, yang mengalami penurunan produksi. "Biasanya, mereka menggunakan bahan lain, seperti minyak bunga matahari dan minyak  kedelai," tuturnya.

Dia berharap, momen menguatnya harga jual seluruh produk turunan kelapa sawit ini dapat berlanjut untuk waktu yang lama. "Ini juga menjadi momen petani maupun produsen minyak nabati untuk memaksimalkan produksi hingga ekspor," imbau Yusuf.

SUMBER : BIDANG USAHA

Artikel Terkait