Mentarang Ditarget Jadi Sentra Perkebunan Kakao
02 Juni 2008
Admin Website
Artikel
9483
Saat ini, terdapat ratusan hektare kebun kakao yang sudah dikembangkan oleh petani. Luas areal tanam kakao tersebut dalam tiap tahun terus mengalami peningkatan.
Camat Mentarang Marson L Langub mengatakan, tahun 2006 telah dikembangkan kebun kakao seluas 105 hektare. Pada 2007 dikembangkan lagi sekitar 162 hektare. Jumlah itu belum termasuk kebun kakao lama milik warga lainnya.
Gerakan kebun kakao terus digeber melalui program Gerbang Dema (Gerakan Pembangunan Desa Mandiri) kecamatan dan desa.
Misalnya masing-masing KK memprogramkan seperempat hektare dalam 1 tahun. Targetnya, tiap KK harus memiliki 2 hektare, 1 hektare dari Gerbang Dema Desa dan 1 hektare melalui Gerbang Dema Kecamatan.
"Satu KK setahun diberikan jatah 270 pohon. Program ini, dijalankan 4 tahun. Jadi satu KK akan kebagian 1.100 bibit. Begitu juga program Gerbang Dema Desa," terangnya.
Hal demikian diberlakukan untuk menghilangkan 3T di tengah masyarakat, yakni tebas atau bersih-bersih lahan, tanam bibit, terus ditinggalkan.
"Tanam diprogramkan secara bertahap, tidak terlalu banyak disesuaikan kemampuan petani. Sehingga mereka dapat merawat," tandasnya.
Mengurus perkebunan kakao itu disebutkan relatif tidak terlalu susah, yang penting rajin dan tekun. Selain itu, dipilihnya kakao sebagai komoditas unggulan Gerbang Dema Mentarang, karena kakao pernah menjadi komoditi idola bagi masyarakat. Prospeknya juga sangat bagus.
"Orangtua dulu bisa menyekolahkan kami dari hasil kakao," cerita Marson.
Tanama kakao pada usia 3 tahun sudah bisa dipanen. Setahun panen bisa sampai tiga kali skala besar. Untuk skala kecil tiap bulan bisa panen.
Harganya sendiri cukup mahal. Kakao kering hingga Rp 9.000 per kilogram. Jangka waktu (usia) juga cukup panjang, bisa 30 tahun lebih, asalkan dirawat dengan baik.
Jadi dapat menyejahterakan keluarga dan bisa jadi investasi, sehingga masyarakat tidak mewariskan kekurangan (kemiskinan) pada anak cuku.
Mentarang sendiri ditargetkan jadi sentra kakao di Malinau. Karena itu Marson meminta petani yang telah mendapatkan jatah bibit kakao supaya segera menanam. Bukan hanya itu, bila mempunyai lahan kosong yang sesuai untuk perkebunan, bisa ditanami kakao.
"Seperti kanan-kiri jalan yang masih tumbuh kayu, ke depan diharapkan diganti dengan tanaman kakao," sebutnya.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, JUMAT, 30 MEI 2008