Masyarakat RI Jarang Makan Coklat Meski Produksi Melimpah
12 Desember 2011
Admin Website
Artikel
3972
JAKARTA. Sebagai negara penghasil kakao, tingkat
konsumsi coklat masyarakat Indonesia masih sangat kecil jika
dibandingkan dengan masyarakat Eropa yang tidak menghasilkan kakao sama
sekali.
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan saat ini konsumsi coklat masyarakat Indonesia hanya 0,7 ons/orang/tahun. Angka tersebut masih jauh jika dibandingkan dengan masyarakat Eropa yang hampir 5 kg/orang/tahun.
"Bayangkan, 5 kilo yang namanya Eropa tapi tidak punya kakao, kita ini, 0,07 kurang dari 1 ons," ujarnya saat ditemui di tengah acara Chocolate Party on Sunday di pelataran parkir Gedung Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (11/12/2011).
Hatta menilai hal ini sangat ironis mengingat Indonesia merupakan negara penghasil bahan baku coklat, kakao, ketiga terbesar setelah Pantai Gading dan Ghana. Akibatnya, produksi coklat dalam negeri tersebut hanya memenuhi kebutuhan ekspor.
"Indonesia merupkan negara ketiga penghasil coklat, yang pertama Pantai Gading, kemudian Ghana," ujarnya.
Hatta menyatakan pemerintah akan mencanangkan gerakan konsumsi coklat guna meningkatkan tingkat konsumsi coklat di masyarakat dalam negeri.
"Gerakan ini menjadi gerakan yang bisa menjangkau produk dalam negeri, karena banyak petani kakao yang jarang merasakan makan dan minum coklat. Jadi kita ingin coklat ini menyentuh masyarakat bawah," tegasnya.
Dalam waktu dekat, Hatta menargetkan adanya peningkatan konsumsi coklat 2 kali lipat untuk tahun 2012 mendatang.
"Kalau kita berhasil meningkatkan sampai 2 kali lipat kan baru mendekati 2 ons, masih jauh cobalah kita targetkan, targetkan 2012 2 kali lipat, pasti bisa, harga coklat kita terjangkau kok," pungkasnya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, MINGGU, 11 DESEMBER 2011
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan saat ini konsumsi coklat masyarakat Indonesia hanya 0,7 ons/orang/tahun. Angka tersebut masih jauh jika dibandingkan dengan masyarakat Eropa yang hampir 5 kg/orang/tahun.
"Bayangkan, 5 kilo yang namanya Eropa tapi tidak punya kakao, kita ini, 0,07 kurang dari 1 ons," ujarnya saat ditemui di tengah acara Chocolate Party on Sunday di pelataran parkir Gedung Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Minggu (11/12/2011).
Hatta menilai hal ini sangat ironis mengingat Indonesia merupakan negara penghasil bahan baku coklat, kakao, ketiga terbesar setelah Pantai Gading dan Ghana. Akibatnya, produksi coklat dalam negeri tersebut hanya memenuhi kebutuhan ekspor.
"Indonesia merupkan negara ketiga penghasil coklat, yang pertama Pantai Gading, kemudian Ghana," ujarnya.
Hatta menyatakan pemerintah akan mencanangkan gerakan konsumsi coklat guna meningkatkan tingkat konsumsi coklat di masyarakat dalam negeri.
"Gerakan ini menjadi gerakan yang bisa menjangkau produk dalam negeri, karena banyak petani kakao yang jarang merasakan makan dan minum coklat. Jadi kita ingin coklat ini menyentuh masyarakat bawah," tegasnya.
Dalam waktu dekat, Hatta menargetkan adanya peningkatan konsumsi coklat 2 kali lipat untuk tahun 2012 mendatang.
"Kalau kita berhasil meningkatkan sampai 2 kali lipat kan baru mendekati 2 ons, masih jauh cobalah kita targetkan, targetkan 2012 2 kali lipat, pasti bisa, harga coklat kita terjangkau kok," pungkasnya.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, MINGGU, 11 DESEMBER 2011