(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Harga TBS Sawit Berpotensi Naik

26 Juni 2014 Admin Website Berita Daerah 5110
Harga TBS Sawit Berpotensi NaikBALIKPAPAN. Seiring meningkatnya permintaan tandan buah segar (TBS) pada bulan Juli mendatang, pelaku usaha kelapa sawit di Kaltim cukup optimistis, harga jual TBS yang sempat menyentuh Rp 1.824 per kg masih akan terkerek naik.

Diterangkan oleh Ketua I Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) Kaltim H.  Abdul Halim Johar, peningkatan permintaan tersebut didorong oleh peningkatan konsumsi saat Ramadan. Dia menyebutkan, negara di kawasan Timur Tengah menjadi salah satu daerah yang konsumsi produk olahan kelapa sawitnya meningkat. "Kami yakin bulan depan, harga TBS akan meningkat karena permintaan di luar negeri juga meningkat," ujarnya.

Sebelumnya, harga jual TBS kelapa sawit pada Juni di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara kembali turun Rp 35,56 per kg dari Rp 1.859,7 per kg pada Mei menjadi Rp 1.824,14 per kg.

Penurunan tersebut, menurut Halim kemungkinan dipicu masih lesunya perdagangan crude palm oil (CPO) dunia dalam dua bulan terakhir. Akibatnya, harga jual CPO ikut merosot padahal produksi dan ketersediaan bahan baku di pasar lokal terus bertambah.

Selain itu, penurunan harga juga disebabkan oleh harga angkut CPO yang mengalami kenaikan akibat infrastruktur jalan yang kurang memadai, serta jauhnya jarak tempuh transportasi.

Sebelumnya, Halim, pengusaha kelapa sawit yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim meminta kepada pemerintah turut serta melawan kampanye negatif terhadap sawit (CPO) yang terjadi di beberapa negara Eropa.

"Pemerintah, melalui duta besar di Eropa mesti lebih aktif melawan kampanye negatif produk sawit kita," terang Halim.

Lebih lanjut Halim mengaku jika motif utama dalam kampanye negatif tersebut sebenarnya merupakan bentuk persaingan usaha dari kalangan yang memproduksi minyak nabati selain sawit.

Di sisi lain, saat ini Indonesia merupakan pengekspor terbesar CPO di seluruh dunia dengan porsi mencapai 48 persen disusul Malaysia dengan persentase 39 persen.

Dengan luasan lahan sawit yang mencapai 10 juta hektare, Indonesia setiap tahunnya mampu menghasilkan sampai 25 juta ton CPO yang sebagian besar diekspor. “Kebutuhan dalam negeri hanya 8 juta ton CPO per tahunnya,” terang Halim.

Sementara untuk Kaltim, dengan luasan lahan mencapai 1,1 juta hektare, setiap tahunnya baru bisa menghasilkan 1,5 juta ton CPO. Hal tersebut dikatakan Halim karena dari total lahan yang ada di Kaltim belum semuanya bisa berproduksi. (*/hul/lhl/k14)

SUMBER : http://kaltimpost.co.id/berita/detail/81177-harga-tbs-berpotensi-naik.html

Artikel Terkait