Kulit Kakao Penyebab Malaria
06 Agustus 2009
Admin Website
Artikel
4993
Program dimaksud, lanjut Lukman, adanya kerja sama dari instansi terkait yakni Dispertanak, Dishutbun, maupun PMD Kabupaten Nunukan, berupa penerapan program pengelolaan limbah perkebunan kulit kakao di Sebatik, menjadi pupuk organik. "Pengamatan saya, kulit kakao yang bertumpuk di areal perkebunan warga, justru menjadi tempat utama nyamuk Malaria berkembang biak," terangnya.
#img2# Ia menambahkan, dengan adanya program pembuatan pupuk kompos tersebut, kulit kakao yang tadinya hanya dibiarkan bertumpuk oleh warga setelah memanen isinya, justru akan bermanfaat bagi kebutuhan pertanian maupun perkebunan masyarakat setempat. Selain itu, secara otomatis tempat-tempat yang menjadi tempat perindukan nyamuk dapat diminimalisasi.
Lebih lanjut politisi asal Sebatik ini menyampaikan, ia sangat merespons penerapan program yang telah dicanangkan Dinas Kesahatan (Dinkes) Nunukan, berupa program kelambunisasi maupun agenda bersih lingkungan kepada masyarakat setempat. "Disarankan, intensitas fogging di sekitar perumahan warga juga perlu. Tapi, kalau program lintas sektoral ini segera diterapkan, akan lebih baik lagi," tegasnya.
Dari data yang dihimpun Dinkes Nunukan di tahun 2008 lalu saja, ada 1.353 kasus Malaria yang terdapat di Pulau Sebatik. Dan jumlah ini, 791 kasus di antaranya terdapat di Aji Kuning, Sebatik Barat, dan 562 sisanya di Sei Nyamuk. Sementara daerah utama penyebaran Malaria yang paling banyak terdapat di Desa Sei Limau dan Desa Aji Kuning.
Untuk diketahui, Malaria adalah penyakit menular. Malaria disebabkan oleh parasit protozoa plasmodium (salah satu apicomplexa) dan penularan vektor untuk parasit Malaria manusia adalah nyamuk Anopheles.
Gejala malaria antara lain demam, menggigil, sakit persendian, muntah-muntah, anemia dan kejang. Komplikasi malaria akan berakibat koma dan kematian bila tak terawat dan anak kecil lebih mungkin berakibat fatal.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, KAMIS, 6 AGUSTUS 2009