Kolaborasi Pengusaha Sawit RI-Malaysia Tak Mengarah Kartel
12 Maret 2010
Admin Website
Artikel
4641
#img1# "Nggak dong, justru itu untuk meluruskan persepsi yang salah," kata Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (10/3/2010).
Mahendra menjelaskan kartel harga tidak mungkin dilakukan oleh kedua negara karena saat ini harga sawit mentah atau crude palm oil (CPO) justru menunjukan kenaikan harga. Bahkan lebih dari itu permintaan CPO di dunia termasuk ke Eropa terus menunjukan kenaikan.
Khusus mengenai adanya dugaan Uni Eropa yang mencoba menghadang produk CPO dari negara-negara produsen dengan berbagai alasan termasuk isu lingkungan, menurut Mahendra pihak Eropa harus realistis.
Mengingat produk minyak mentah seperti rapseed oil yang dihasilkan Eropa tak akan memenuhi kebutuhan negara-negara yang sudah menjadi satu masyarakat ekonomi tersebut.
"Mereka tidak akan sanggup memenuhi, harus realistis," serunya.
Seperti diketahui akhir pekan lalu sebanyak enam asosiasi pengusaha kelapa sawit Indonesia-Malaysia yaitu GAPKI, Apkasindo, MPOA, SOPPOA, FELDA dan APIMI sepakat berkolaborasi membentuk forum kerjasama sesama produsen sawit dalam rangka suistainable palm oil.
Kolaborasi itu bertujuan untuk menangani isu-isu terkait sektor sawit seperti isu gas rumah kaca, lahan gambut, perluasan lahan dan restriksi area kelapa sawit yang selama ini selalu menjadi batu sandungan para pengusaha kedua negara karena adanya tuduhan-tuduhan miring oleh banyak pihak termasuk NGO-NGO internasional maupun lokal.
Indonesia diprediksi akan mampu memroduksi CPO hingga 23,2 juta ton pada tahun 2010 atau naik 2,5 juta ton (10,7%) dibandingkan tahun 2009.
Sementara Malaysia diprediksi mampu memroduksi 18,2 juta ton CPO pada 2010, naik 3,5% dibandingkan tahun 2010. Sehingga total kenaikan produksi CPO dari 2 negara produsen terbesar ini mencapai 3,1 juta ton dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 2,3 juta ton.
DIKUTIP DARI DETIK ONLINE, RABU, 10 MARET 2010