SANGATTA. Pembangunan perkebunan kelapa sawit yang diterapkan pemerintah
saat ini membawa dampak dan nilai positif bagi pertumbuhan ekonomi
masyarakat Kutim. Jika dulunya perkebunan kelapa sawit hanya dikenal di
dua kecamatan pedalaman, Kongbeng dan Muara Wahau, sekarang sudah
bergeser hampir ke seluruh kecamatan.
KALAU kita pergi ke kawasan pedalaman maupun pesisir,
sudah banyak ditemui kawasan hijau dengan tumbuhan kelapa sawit di
mana-mana. Bahkan kawasan kecamatan Kaliorang dan Kaubun sampai ke
Karangan dan Sangkulirang hingga Sandaran, sudah banyak dijumpai areal
perkebunan/ Lahan yang dulunya hanya ditumbuhi rumput dan ilalang,
berubah menjadi hamparan hijau pohon kelapa sawit. Seperti sejauh mata
memandang, hamparan hijau juga tampak dari kejauhan yang asri dan enak
dipandang mata.
Kehadiran investor untuk menanamkan modalnya di
sektor perkebunan kelapa sawit, sangat mempengaruhi kehidupan
masyarakat dan pola hidupnya. Setidaknya warga banyak yang ikut menjadi
tenaga kerja di sektor perkebunan tersebut, baik yang buruh harian atau
menjadi karyawan tetap.
Bahkan Pemkab Kutim memiliki kebijakan agar perusahaan yang masuk
memprioritaskan tenaga kerja lokal untuk diberdayakan. “Kita ingin
semua perusahaan perkebunan memprioritaskan tenaga kerja lokal. Jika
masih kurang barulah mencari dari luar Kutim,” kata Bupati H Isran Noor.
Kebijakan Pemkab Kutim itu juga mendapat sambutan sejumlah
perusahaan yang kini mulai berkebun di Kutim. Hal itu dimaksudkan,
untuk mendekatkan diri antara perusahaan dengan masyarakat sekitar
kebun, selain juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara tidak
langsung.
Apabila perusahaan merekrut tenaga dari luar, tentunya memerlukan
biaya yang lebih besar, seperti transportasi, perumahan dan sebagainya.
Namun kalau merekrut tenaga kerja lokal, tidak memerlukan biaya
transport dan perumahan. Selain itu, perusahaan juga lebih untung
karena masyarakat lokal yang ikut bekerja secara tidak langsung
merupakan warga sekitar ikut menjaga investasi yang cukup besar itu.
Kepedulian perusahaan untuk merekrut tenaga kerja lokal juga
dibuktikan secara nyata. Salah satu contohnya di PT Swakarsa
Sinarsentosa di Muara Wahau yang sudah mempekerjakan ribuan warga
setempat. Selain itu juga memberdayakan kontraktor lokal sebagai
pemasok bahan baku makanan atau pembangunan fisik di kawasan perkebunan.
“Kita juga memberdayakan warga lokal agar mampu berusaha dengan
baik. Tentunya kita beri bimbingan agar mereka mampu bersaing dan
tumbuh dengan sehat dan baik,” kata Abdul Halim Johar mewakili
manajemen Swakarsa. Bahkan pihaknya juga mengeluarkan kebijakan untuk
memberikan beasiswa bagi warga lokal untuk disekolahkan di sektor
perkebunan. Jika sudah lulus bakal direkrut jadi tenaga di perusahaan
tersebut.
Hal yang sama juga dilakukan PT Indonesia Plantation Synergy (IPS)
yang memiliki areal di kawasan Bualbual, kecamatan Sangkulirang serta
PT Guntasamba juga menerapkan hal yang sama. Kedua perusahaan itu
bersama perusahaan lainnya memprioritaskan tenaga kerja lokal dalam
rekrutmen awal, sebelum mempekerjakan warga dari warga luar.
Bahkan perusahaan juga memiliki kewajiban moral dan sosial untuk
memberikan bantuan biaya pendidikan kepada putra-putri yang sekolah di
luar.
“Program pendidikan seperti ini sudah dilakukan PT IPS yang memberikan
biaya sekolah kepada anak-anak sekitar Kutim. Bahkan setelah lulus
nanti juga bakal direkrut menjadi karyawan di perusahaan tersebut,”
kata Camat Sangkulirang H Hormansyah.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SENIN, 18 APRIL 2011