Kaltim Tepis Anggapan Buruk Tentang Perkebunan Kelapa Sawit
27 Juni 2012
Admin Website
Artikel
4773
SAMARINDA. Meningkatnya peran komoditi kelapa sawit yang dapat diolah
menjadi berbagai produk kebutuhan manusia di seluruh dunia, membuat
budidaya kelapa sawit terus ditingkatkan dengan membuka kebun-kebun
baru.
Kaltim terus berupaya menepis anggapan buruk tentang perkebunan Kelapa Sawit dengan berbagai pelatihan dan penyuluhan seiring dengan kekhawatiran negara-negara Amerika Serikat dan Eropa, terkait pembukaan hutan untuk perluasan kebun sawit yang tidak berwawasan lingkungan dan dapat merusak hutan dan habitat hewan penghuninya.
Demikian dikatakan Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Setdaprov Kaltim, H Sa'bani saat membuka Pelatihan untuk Fasilitator bagi Pengelola Perkebunan dan Petani Kelapa Sawit untuk Kawasan bernilai tinggi di wilayah Jantung Borneo (Heart of Borneo), di Samarinda Selasa (26/6).
Sa'bani menjelaskan kekhawatiran negara-negara maju yang tidak memiliki hutan adalah pembukaan kebun sawit yang tidak berwawasan lingkungan dapat menyebabkan kenaikkan suhu udara di bumi yang dapat mengakibatkan mencairnya es di kutub.
"Mencairnya es di kutub ini dapat menenggelamkan beberapa pulau di Eropa dan Amerika serta beberapa pulau di belahan dunia lainnya. Selain itu kenaikan suhu bumi juga udara yang sangat panas pemicu kebakaran hutan," ujarnya.
Sa'bani menyayangkan tekanan negara-negara barat tersebut terhadap hasil perkebunan kelapa sawit Indonesia, padahal hutan negara-negara tersebut telah rusak dan habis terlebih dulu dibanding Indonesia.
Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan mengapresiasi pelatihan yang merupakan hasil kerjasama Dinas Perkebunan Kaltim dan World Wide Found (WWF). Dia berharap pelatihan ini dapat berkesinambungan dan lebih bermanfaat bagi masyarakat tidak hanya menanam sawit tetapi dapat menghadapi konflik dengan hewan-hewan di kawasan perkebunan sawit.
Dia juga ingin, dengan pelatihan ini petani dan pengelola perkebunan tidak hanya memberikan cara menanam tetapi juga bagaimana cara memasarkan produk kelapa sawit tanpa campur tangan dari para tengkulak yang selalu mempermainkan harga.
Harga komoditi kelapa sawit ini selalu berubah-ubah setiap bulan. Sehingga harga tersebut dapat turun atau naik. Harga ini diharapkan tidak dipermainkan oleh pemain besar atau tengkulak. Begitu juga dengan asosiasi kelapa sawit di Kaltim dapat mengambil peran dalam menentukan harga layak bagi petani.
"Dengan pelatihan ini, kita menginginkan agar perkebunan kelapa sawit di Indonesia terutama di Kaltim tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi negara-negara di dunia karena adanya permasalahan lingkungan dan sosial," ujarnya.(yul/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM
Kaltim terus berupaya menepis anggapan buruk tentang perkebunan Kelapa Sawit dengan berbagai pelatihan dan penyuluhan seiring dengan kekhawatiran negara-negara Amerika Serikat dan Eropa, terkait pembukaan hutan untuk perluasan kebun sawit yang tidak berwawasan lingkungan dan dapat merusak hutan dan habitat hewan penghuninya.
Demikian dikatakan Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Setdaprov Kaltim, H Sa'bani saat membuka Pelatihan untuk Fasilitator bagi Pengelola Perkebunan dan Petani Kelapa Sawit untuk Kawasan bernilai tinggi di wilayah Jantung Borneo (Heart of Borneo), di Samarinda Selasa (26/6).
Sa'bani menjelaskan kekhawatiran negara-negara maju yang tidak memiliki hutan adalah pembukaan kebun sawit yang tidak berwawasan lingkungan dapat menyebabkan kenaikkan suhu udara di bumi yang dapat mengakibatkan mencairnya es di kutub.
"Mencairnya es di kutub ini dapat menenggelamkan beberapa pulau di Eropa dan Amerika serta beberapa pulau di belahan dunia lainnya. Selain itu kenaikan suhu bumi juga udara yang sangat panas pemicu kebakaran hutan," ujarnya.
Sa'bani menyayangkan tekanan negara-negara barat tersebut terhadap hasil perkebunan kelapa sawit Indonesia, padahal hutan negara-negara tersebut telah rusak dan habis terlebih dulu dibanding Indonesia.
Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan mengapresiasi pelatihan yang merupakan hasil kerjasama Dinas Perkebunan Kaltim dan World Wide Found (WWF). Dia berharap pelatihan ini dapat berkesinambungan dan lebih bermanfaat bagi masyarakat tidak hanya menanam sawit tetapi dapat menghadapi konflik dengan hewan-hewan di kawasan perkebunan sawit.
Dia juga ingin, dengan pelatihan ini petani dan pengelola perkebunan tidak hanya memberikan cara menanam tetapi juga bagaimana cara memasarkan produk kelapa sawit tanpa campur tangan dari para tengkulak yang selalu mempermainkan harga.
Harga komoditi kelapa sawit ini selalu berubah-ubah setiap bulan. Sehingga harga tersebut dapat turun atau naik. Harga ini diharapkan tidak dipermainkan oleh pemain besar atau tengkulak. Begitu juga dengan asosiasi kelapa sawit di Kaltim dapat mengambil peran dalam menentukan harga layak bagi petani.
"Dengan pelatihan ini, kita menginginkan agar perkebunan kelapa sawit di Indonesia terutama di Kaltim tidak lagi menjadi momok yang menakutkan bagi negara-negara di dunia karena adanya permasalahan lingkungan dan sosial," ujarnya.(yul/hmsprov)
SUMBER : HUMAS PROV. KALTIM