
SAMARINDA. Persaingan di era perdagangan bebas ASEAN (ASEAN
Economic Community) 2015.
sangat berpengaruh terhadap sektor perdagangan di Indonesia, termasuk di
Kaltim. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim telah menyusun
strategi dan kebijakan pembangunan sektor ekonomi dalam menyambut ASEAN tahun
depan.
"Sumber yang memungkinkan adalah crude palm oil atau
minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya. Selain, CPO yang menjadi perhatian
adalah karet alam. Minyak dan gas memang masih menjadi primadona. Namun
beberapa tahun terakhir, permintaan akan SDA yang tak dapat diperbaharui tersebut
menurun, sebut saja batu bara," ucap kepala bidang
produksi dinas perkebunan Prov. Kaltim Sukardi saat
menjadi Narasumber Dialog Interaktif Kominfo melalui siaran RRI Samarinda,
Selasa (23/9).
Sukardi menjadi narasumber program
kerjasama Diskominfo Kaltim – RRI Samarinda tersebut ditemani kepala Bidang
Usaha Dinas Pekerbunan Prov. Kaltim H.
Muhamad Yusuf dengan tema Pengembangan Produk
crude palm oil (CPO) di Kaltim dalam menyambut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
Dimana Pemprov Kaltim
didukung Pemkab Kutai Timur serta pemerintah pusat melalui kementerian terkait
terus mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional Maloy menjadi Maloy Batuta Tranz Kalimantan Economic
Zone (MBTKEZ).
Luasan kebun sawit
1,2 juta hektar saat ini saja telah
berdiri 55 pabrik kelapa sawit dengan kapasitas terpasang sebesar 2.705 ton
Tandan Buah Segar (TBS) sawit per jam atau mampu memproduksi CPO sebesar
5.221.016 ton.
Namun, lanjut dia, untuk menjadi daerah yang kuat dari
segi ekspor membutuhkan waktu tak sebentar. Perlu penyesuaian, belum lagi tahun
depan Indonesia sudah masuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tentu persaingan
dengan negara di Asia Tenggara semakin ketat. “Belum bisa. Sekitar lima atau
sepuluh tahun lagi baru bisa beradaptasi,” sebutnya.
Dia berharap agar
seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit memiliki komitmen. Sehingga, di
kawasan MBTKEZ tersebut terjadi sinergitas dan kegiatan yang saling
menguntungkan pemerintah dan swasta.
Walau begitu, tak terlalu memengaruhi perdagangan di
Tanah Air. Bila dilihat dari jumlah konsumsi selama ini. Boleh dikatakan, hal
yang membuat ekonomi Indonesia bertahan hingga sekarang ialah pola konsumtif
masyarakatnya. Itu yang membuat ekonomi kuat, dengan transaksi jual beli antar daerah.
Sedangkan menurut Yusuf, dengan kata lain, produksi
dalam negeri harus mampu bersaing dari segi kualitas dan harga. Bila harga
barang dari luar lebih murah dan kualitasnya lebih baik, bukan tak mungkin akan
lebih disukai oleh masyarakat Indonesia. (ris)
SUMBER : DISKOMINFO PROV. KALTIM