Hatta Minta Industri Sawit Garap Pasar Domestik
12 April 2012
Admin Website
Artikel
4794
BANDUNG. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa
meminta industri sawit nasional untuk lebih fokus menggarap pasar dalam
negeri seiring pertumbuhan konsumsi makanan dan minuman domestik.
"Jumlah pertumbuhan kelas menengah baru yang signifikan, sekitar sembilan juta per tahun jelas sebuah pasar bagi industri sawit nasional untuk menggarap pasar domestik, memenuhi kebutuhan bahan baku minyak di dalam negeri," kata Hatta Rajasa saat membuka Musyawarah Nasional Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Bandung, Kamis (12/4).
Menurut Hatta, kelas menegah baru di Indonesia indikatornya ditandai dengan meningkatnya konsumsi makanan dan minuman yang dikonsumsi. Pengolahan bahan makanan itu membutuhkan pasokan minyak sawit yang juga signifikan.
Peluang tersebut, kata Hatta bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha CPO sebagai pasar baru, daripada terus mengekspor CPO ke luar negeri.
"Artinya industri kelapa sawit memasarkan produknya lebih banyak lagi untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang sebenarnya sangat besar, dan jangan sampai menjadi sasaran produk impor," katanya.
Menurut Hatta, jumlah produksi CPO nasional saat ini sebanyak 23,5 juta ton dan menjadikan Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar di dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16,5 juta ton diekspor ke sejumlah negara di dunia terutama ke AS dan Eropa.
"Ekspor memang bagus, namun juga prihatin karena akan lebih baik bila diolah menjadi produk jadi di dalam negeri dan dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang masih cukup besar. Itu akan lebih baik lagi," katanya.
Sementara itu total ekspor CPO Indonesia saat ini cukup besar yakni sebesar US$203 miliar. Di sisi lain menurut Hatta pihaknya terus mendorong industri hilir CPO agar komoditas unggulan Indonesia itu lebih berdaya saing.
Luas areal lahan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang disiapkan oleh pemerintah sebanyak 9,8 juta hektar, baru termanfaatkan sebanyak 7,9 hektar, sisanya belum termanfaatkan.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, KAMIS, 12 APRIL 2012
"Jumlah pertumbuhan kelas menengah baru yang signifikan, sekitar sembilan juta per tahun jelas sebuah pasar bagi industri sawit nasional untuk menggarap pasar domestik, memenuhi kebutuhan bahan baku minyak di dalam negeri," kata Hatta Rajasa saat membuka Musyawarah Nasional Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Bandung, Kamis (12/4).
Menurut Hatta, kelas menegah baru di Indonesia indikatornya ditandai dengan meningkatnya konsumsi makanan dan minuman yang dikonsumsi. Pengolahan bahan makanan itu membutuhkan pasokan minyak sawit yang juga signifikan.
Peluang tersebut, kata Hatta bisa dimanfaatkan oleh para pengusaha CPO sebagai pasar baru, daripada terus mengekspor CPO ke luar negeri.
"Artinya industri kelapa sawit memasarkan produknya lebih banyak lagi untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang sebenarnya sangat besar, dan jangan sampai menjadi sasaran produk impor," katanya.
Menurut Hatta, jumlah produksi CPO nasional saat ini sebanyak 23,5 juta ton dan menjadikan Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar di dunia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 16,5 juta ton diekspor ke sejumlah negara di dunia terutama ke AS dan Eropa.
"Ekspor memang bagus, namun juga prihatin karena akan lebih baik bila diolah menjadi produk jadi di dalam negeri dan dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang masih cukup besar. Itu akan lebih baik lagi," katanya.
Sementara itu total ekspor CPO Indonesia saat ini cukup besar yakni sebesar US$203 miliar. Di sisi lain menurut Hatta pihaknya terus mendorong industri hilir CPO agar komoditas unggulan Indonesia itu lebih berdaya saing.
Luas areal lahan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang disiapkan oleh pemerintah sebanyak 9,8 juta hektar, baru termanfaatkan sebanyak 7,9 hektar, sisanya belum termanfaatkan.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, KAMIS, 12 APRIL 2012