
JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan
mengubah kebijakan penetapan Bea Keluar (BK) atas Crude Palm Oil (CPO)
atau minyak sawit mentah. Porsi penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE)
akan lebih banyak mengambil bursa berjangka di Jakarta daripada yang
selama ini mengacu ke Rotterdam dan Kuala Lumpur
Wakil Menteri
Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi mengatakan meski akan memakai
porsi bursa berjangka lokal lebih besar, pemerintah juga akan masih
menggunakan harga acuan Kuala Lumpur dan Rotterdam untuk harga CPO.
"Kita
baru mengeluarkan kebijakan baru ini tanggal 20 Juni 2013. Penetapan
HPE (Harga Patokan Ekspor) sawit kita ubah. Selama ini harga rata-rata
tidak ada pembobotan. Sehingga mulai 1 Juli 2013 itu 60% menggunakan
Jakarta, 20% Bursa Kuala Lumpur dan Rotterdam 20%," tutur Bayu saat
berdiskusi dengan media di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, Jumat
(7/6/2013).
Melalui rencana acuan harga CPO ke bursa berjangka
lokal diharapkan volume perdagangan bursa berjangka di pasar fisik CPO
dalam negeri terus meningkat. Sehingga nantinya secara otomatis bursa
berjangka dalam negeri bisa dipandang penting, yang akhirnya akan
menggeser pasar fisik Rotterdam. Selama ini Indonesia masih mengacu
harga CPO internasional di pasar fisik Rotterdam Belanda.
"Kita
(Indonesia) adalah eksportir terbesar di dunia yaitu 85%. Selama ini
kebijakan yang mengatur ini ada di Eropa (Rotterdam). Sawit ini termasuk
penerimaan bukan pajak paling besar bagi kita. Eropa selalu negatif
sama sawit. Indonesia setidaknya harus jadi Mekkah-nya sawit dunia itu
kata Bungaran Saragih. Saya kira itu bagus, kita produsen dan eksportir
terbesar. Kalau yang lain ingin menggunakan Rotterdam silahkan saja,"
katanya.
Selain itu pihaknya juga akan menjejaki hubungan dengan
bursa Chicago Amerika Serikat. Sehingga dengan cara ini, Indonesia
diharapkan bisa menjadi acuan harga untuk produk CPO.
"Ini yang
kita akan jajaki dengan bursa Chicago. Di sana (Chicago) punya bursa
vegetable oil. Indonesia harus semakin membangun network yang besar yang
pengaruhnya besar di dunia. Ke depan harga terbentuk yang mencerminkan
kepentingan kita bukan sisi konsumen," tegasnya.
DIKUTIP DARI DETIK, JUMAT, 7 JUNI 2013