(0541)736852    (0541)748382    disbun@kaltimprov.go.id

Harga Lebih Baik, Kakao Pun Pilih Diekspor

18 November 2011 Admin Website Artikel 4395

JAKARTA. Petani lebih senang mengekspor kakaonya dengan alasan harga domestik lebih rendah ketimbang harga di pasar internasional.

Hal ini disampaikan oleh Managing Director, Head of FoodAgribusiness Research and Advisory-Asia Rabobank International, John Baker, di Jakarta, Kamis ( 17/11/2011 ). "Indonesia ekspor 553 ribu ton kakao dan produk olahan kakao pada 2010 . Ekspor itu bernilai 1,6 miliar dollar AS," ungkap John. Kini, Indonesia merupakan negara pengekspor terbesar ketiga di dunia untuk komoditi ini.

Berdasarkan data Pusat Perdagangan Internasional, ekspor kakao terus meningkat baik berdasarkan nilai dan volume, khususnya sejak tahun 2006-2010 . Sekitar 78 persen dari volume ekspor berupa biji atau bahan mentah. Sisanya, sekitar 19 persen, berupa bubuk, pasta, dan mentega.

Tumbuhnya nilai ekspor kakao ini, kata dia, karena didukung oleh peningkatan harga kakao di pasar internasional. Alhasil, sejak tahun 2006 , nilai ekspor kakao tumbuh 18 persen per tahunnya.

"Pada 2010 , pemerintah Indonesia mengumumkan sebuah kebijakan baru untuk mengadopsi Standar Nasional Indonesia untuk biji dan bubuk kakao untuk meningkatkan kualitas ekspor," tambah dia terkait dukungan pemerintah terhadap industri ini.

Tidak hanya itu, pemerintah pun telah menanam kembali lebih dari 70 ribu hektar lahan kakao, juga merehabilitasi 235 ribu hektar lahan. Ini dilakukan sejak tahun 2009 . Dengan begitu, pemerintah mengharapkan produktivitas meningkat dari Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Bali, Maluku, dan Papua.

Indonesia sendiri dikenal sebagai industri kakao dengan produktivitas tertinggi di dunia. Namun, itu masih jauh dari potensial. Saat ini, produksi kakao hanya sekitar 511 kilogram per hektar per tahun. Potensi produktivitas sebenarnya bisa mencapai 1,5 ton per hektar per tahun. Untuk itulah, peningkatan produksi diperlakukan dengan cara perbaikan tanaman kakao.

Dengan didukung oleh harga kakao yang naik dalam tahun-tahun ini, produksi dan lahan penanaman telah tumbuh 8,2 persen dan 7,2 persen per tahunnya. Industri kakao nasional pun diperkirakan akan menghasilkan 1,1 juta ton kakao pada 2014 .

"Dengan pertumbuhan produksi kakao Indonesia lebih tinggi dari (pertumbuhan) produksi dunia, yakni 3 persen per tahun, maka ada kesempatan besar bagi industri kakao Indonesia untuk menangkap pangsa pasar dunia yang kian besar," ucap John.

DIKUTIP DARI KOMPAS, KAMIS, 17 NOPEMBER 2011

Artikel Terkait