Harga Karet Merosot Lagi
15 Maret 2011
Admin Website
Artikel
4791
SENDAWAR – Harga karet semakin merosot. Nasib petani
karet di Kubar pun semakin kritis. Hingga Minggu (13/3) kemarin, harga
karet berkisar Rp 5 ribu sampai Rp 6 ribu per kilogram (kg). Padahal
seminggu lalu seharga Rp 12 ribu dan sebulan sebelumnya masih sekitar Rp
17 ribu per kg.
“Kami sebagai petani karet sangat kebingungan. Harga karet turun drastis hingga kini Rp 5 ribu per kg,” kata Liu, warga Kampung Gemuhan Asa, Kecamatan Barong Tongkok kepada harian ini, Senin (14/3) kemarin.
Dampak dari merosotnya harga karet ini, kata dia, banyak petani di Kubar terancam mengalami kesulitan ekonomi. Karena hasil penjualan getah karet ini, digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Di antaranya petani juga harus membayar kredit sepeda motor dan lainnya.
Terpisah, Ketua Asosiasi Penampung Karet Kubar Rinatang juga mengaku, bingung atas harga karet. Bahkan yang memusingkan, sejumlah pabrik karet ada yang belum bisa membeli karet dari Kubar.
“Saya saja, minggu ini hanya mengirimkan 35 ton karet ke pabrik karet di Surabaya. Dari karet 35 ton itupun, sisa pembelian karet petani minggu lalu. Padahal, sebelumnya per minggu mengirimkan karet hingga 120 ton,” kata Rinatang.
Dia mengungkapkan, ada beberapa alasan pabrik karet enggan membeli karet untuk sementara waktu. Di antaranya, karena anjloknya harga karet dunia disebabkan, krisis di Timur Tengah serta naiknya harga minyak dunia. “Bahkan, yang tambah pusing informasi dari pabrik, minggu depan harga karet akan semakin turun lagi,” bebernya.
Dia juga mengaku, telah dihubungi Bupati Kubar Ismael Thomas. Dalam komunikasi melalui telepon seluler itu, Bupati berharap harga karet bisa bertahan dan bila perlu dinaikkan lagi, sehingga petani tidak resah. Namun upaya menaikkan harga karet, kata Rinatang, sangat sulit dilakukan saat sekarang, karena pabrik karet di Banjarmasin (Kalsel) dan Surabaya juga sedang melimpah stok karet.
“Mereka (Pabrik, Red.) juga kebingungan harga jual karet ke pasar dunia juga ada yang belum dibayar oleh pembeli luar negeri. Sementara permintaan juga berkurang,” ujarnya. Persoalan dari pabrik inilah menurutnya, akan terus berimbas bagi pembeli karet Kubar dan secara khusus kepada petani karet.
Rinatang mengatakan, sebenarnya ada upaya untuk membantu petani dengan membeli karet petani secara keseluruhan dengan harga sekarang. Namun, yang menjadi persoalan lagi, jika getah karet petani dibeli hingga menunggu harga pabrik stabil atau naik, dipastikan karet yang digudangkan di Kubar itu akan terus susut dan akan menimbulkan kerugian.
“Kami sebagai petani karet sangat kebingungan. Harga karet turun drastis hingga kini Rp 5 ribu per kg,” kata Liu, warga Kampung Gemuhan Asa, Kecamatan Barong Tongkok kepada harian ini, Senin (14/3) kemarin.
Dampak dari merosotnya harga karet ini, kata dia, banyak petani di Kubar terancam mengalami kesulitan ekonomi. Karena hasil penjualan getah karet ini, digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Di antaranya petani juga harus membayar kredit sepeda motor dan lainnya.
Terpisah, Ketua Asosiasi Penampung Karet Kubar Rinatang juga mengaku, bingung atas harga karet. Bahkan yang memusingkan, sejumlah pabrik karet ada yang belum bisa membeli karet dari Kubar.
“Saya saja, minggu ini hanya mengirimkan 35 ton karet ke pabrik karet di Surabaya. Dari karet 35 ton itupun, sisa pembelian karet petani minggu lalu. Padahal, sebelumnya per minggu mengirimkan karet hingga 120 ton,” kata Rinatang.
Dia mengungkapkan, ada beberapa alasan pabrik karet enggan membeli karet untuk sementara waktu. Di antaranya, karena anjloknya harga karet dunia disebabkan, krisis di Timur Tengah serta naiknya harga minyak dunia. “Bahkan, yang tambah pusing informasi dari pabrik, minggu depan harga karet akan semakin turun lagi,” bebernya.
Dia juga mengaku, telah dihubungi Bupati Kubar Ismael Thomas. Dalam komunikasi melalui telepon seluler itu, Bupati berharap harga karet bisa bertahan dan bila perlu dinaikkan lagi, sehingga petani tidak resah. Namun upaya menaikkan harga karet, kata Rinatang, sangat sulit dilakukan saat sekarang, karena pabrik karet di Banjarmasin (Kalsel) dan Surabaya juga sedang melimpah stok karet.
“Mereka (Pabrik, Red.) juga kebingungan harga jual karet ke pasar dunia juga ada yang belum dibayar oleh pembeli luar negeri. Sementara permintaan juga berkurang,” ujarnya. Persoalan dari pabrik inilah menurutnya, akan terus berimbas bagi pembeli karet Kubar dan secara khusus kepada petani karet.
Rinatang mengatakan, sebenarnya ada upaya untuk membantu petani dengan membeli karet petani secara keseluruhan dengan harga sekarang. Namun, yang menjadi persoalan lagi, jika getah karet petani dibeli hingga menunggu harga pabrik stabil atau naik, dipastikan karet yang digudangkan di Kubar itu akan terus susut dan akan menimbulkan kerugian.
DIKUTIP DARI KALTIM POST, SELASA, 15 MARET 2011