Harga CPO Bertahan Tinggi di 2012
23 September 2011
Admin Website
Artikel
4813
JAKARTA--MICOM: Harga rata-rata minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Rotterdam, Belanda, diperkirakan berkisar 1.050 dolar AS per ton (Cost Insurance and Freight/CIF) pada 2012.
"Memang ada kemungkinan bisa naik sampai US$1.200-an per ton, tapi seperti biasa akan turun pada Mei dan Juni jadi rata-ratanya tetap US$1.050 per ton," kata Wakil Ketua Dewan Kelapa Sawit Indonesia Derom Bangun dalam seminar tentang prediksi harga komoditas di Jakarta, Kamis (22/9).
Angka prediksi tersebut lebih rendah dibanding harga rata-rata CPO di Rotterdam yang selama Januari-Agustus 2011 sebesar US$1.170 per ton. "Dan mungkin itu akan bertahan sampai akhir tahun," kata dia.
Derom mengatakan, prediksi harga itu merupakan hasil prakiraan dini yang bisa terkoreksi oleh perkembangan ekonomi global dan kondisi iklim tahun depan.
Namun dia menjelaskan pula bahwa tahun depan selisih antara pasokan dan permintaan akan tipis sehingga harga masih bisa bertahan tinggi meski terjadi perlambatan ekonomi di pasar utama AS dan Eropa.
Thomas Mielke, Direktur Oil World Publications --organisasi independen yang melakukan analisis pasar minyak nabati-- juga memprediksi harga CPO dunia tahun depan akan bertahan tinggi pada kisaran US$1.000 per ton sampai US$1.050 per ton.
Thomas menjelaskan, beberapa faktor seperti peningkatan produksi kedelai di AS, peningkatan produksi CPO selama Juli-Desember 2011 dan perlambatan ekonomi AS dan Eropa memang berpotensi menekan harga CPO.
Namun, lanjut dia, stok kebanyakan produk pertanian termasuk CPO tidak akan bertambah nyata tahun depan karena iklim yang tak menentu membuat produsen kesulitan meningkatkan produksi sesuai permintaan.
Lebih lanjut Derom menjelaskan, total produksi CPO dunia yang tahun 2011 diperkirakan 48,6 juta ton akan meningkat menjadi 51,1 juta ton.
Sementara sebagai gambaran permintaan, Derom menyebutkan, kebutuhan impor CPO berkisar 37,6 juta ton sampai 37,9 juta ton per tahun.
Kebutuhan negara-negara pengimpor CPO besar, ia menambahkan, juga cukup tinggi. Menurut dia, India membutuhkan 7,1 juta ton per tahun, China 6,6 juta ton per tahun dan Uni Eropa 5,6 juta ton per tahun.
"Dan pemakaian domestik negara produsen, di Indonesia sekitar 6,28 juta ton per tahun dan Malaysia 4,1 juta ton per tahun," kata dia.
Dengan kondisi stok dan permintaan global yang demikian, menurut Thomas, potensi penurunan harga CPO dunia akan sangat rendah.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, JUMAT, 23 SEPTEMBER 2011
"Memang ada kemungkinan bisa naik sampai US$1.200-an per ton, tapi seperti biasa akan turun pada Mei dan Juni jadi rata-ratanya tetap US$1.050 per ton," kata Wakil Ketua Dewan Kelapa Sawit Indonesia Derom Bangun dalam seminar tentang prediksi harga komoditas di Jakarta, Kamis (22/9).
Angka prediksi tersebut lebih rendah dibanding harga rata-rata CPO di Rotterdam yang selama Januari-Agustus 2011 sebesar US$1.170 per ton. "Dan mungkin itu akan bertahan sampai akhir tahun," kata dia.
Derom mengatakan, prediksi harga itu merupakan hasil prakiraan dini yang bisa terkoreksi oleh perkembangan ekonomi global dan kondisi iklim tahun depan.
Namun dia menjelaskan pula bahwa tahun depan selisih antara pasokan dan permintaan akan tipis sehingga harga masih bisa bertahan tinggi meski terjadi perlambatan ekonomi di pasar utama AS dan Eropa.
Thomas Mielke, Direktur Oil World Publications --organisasi independen yang melakukan analisis pasar minyak nabati-- juga memprediksi harga CPO dunia tahun depan akan bertahan tinggi pada kisaran US$1.000 per ton sampai US$1.050 per ton.
Thomas menjelaskan, beberapa faktor seperti peningkatan produksi kedelai di AS, peningkatan produksi CPO selama Juli-Desember 2011 dan perlambatan ekonomi AS dan Eropa memang berpotensi menekan harga CPO.
Namun, lanjut dia, stok kebanyakan produk pertanian termasuk CPO tidak akan bertambah nyata tahun depan karena iklim yang tak menentu membuat produsen kesulitan meningkatkan produksi sesuai permintaan.
Lebih lanjut Derom menjelaskan, total produksi CPO dunia yang tahun 2011 diperkirakan 48,6 juta ton akan meningkat menjadi 51,1 juta ton.
Sementara sebagai gambaran permintaan, Derom menyebutkan, kebutuhan impor CPO berkisar 37,6 juta ton sampai 37,9 juta ton per tahun.
Kebutuhan negara-negara pengimpor CPO besar, ia menambahkan, juga cukup tinggi. Menurut dia, India membutuhkan 7,1 juta ton per tahun, China 6,6 juta ton per tahun dan Uni Eropa 5,6 juta ton per tahun.
"Dan pemakaian domestik negara produsen, di Indonesia sekitar 6,28 juta ton per tahun dan Malaysia 4,1 juta ton per tahun," kata dia.
Dengan kondisi stok dan permintaan global yang demikian, menurut Thomas, potensi penurunan harga CPO dunia akan sangat rendah.
DIKUTIP DARI MEDIA INDONESIA, JUMAT, 23 SEPTEMBER 2011