JAKARTA. Ekspor karet dan barang dari karet selama semester I tahun ini
melonjak signifikan baik dari segi volume dan nilai terdorong oleh harga
dan permintaan akan komoditas tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) volume ekspor karet dan
barang dari karet selama Januari-Juni mencapai 1,71 juta ton, naik
21,65% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,41
juta ton.
Dari segi nilai, nilai ekspor komoditas tersebut
mengalami kenaikan hampir 75% selama enam bulan pertama tahun ini
menjadi US$7,59 miliar. Pada Januari-Juni 2010, nilai ekspor hanya
sebesar US$4,34 miliar.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha
Karet Indonesia (Gapkindo) mengatakan baik harga dan permintaan
meningkat cukup tinggi sehingga memengaruhi nilai dan volume ekspornya.
Namun,
lanjutnya, laju peningkatan nilai ekspor jauh lebih tajam dibandingkan
dengan peningkatan volume ekspor. “Dari segi volume hanya naik 21,6%
sementara dari segi nilai mengalami kenaikan hingga 75%. Itu berarti
lebih tajam kenaikan nilainya,” ungkap Suharto.
Dia menjelaskan
tingginya volume ekspor selama satu semester ini disebabkan oleh
membaiknya produksi komoditas karet di dalam negeri karena dipengaruhi
oleh kondisi cuaca yang sudah membaik.
Di sisi lain,
permintaan akan komoditas tersebut sepanjang Januari-Juni tahun ini dari
berbagai negara konsumsi karet sudah mulai karena telah melewati
pengaruh krisis global.
Suharto menuturkan kecuali India, hampir
semua negara pengimpor karet mencatat kenaikan. Bahkan permintaan dari
Amerika yang sebelumnya mencatat penurunan karena pengaruh krisis global
juga telah membaik.
“India paling menyolok persentasi peningkatannya namun dari segi volume ekspor tetap China yang lebih besar,” jelasnya.
Ekspor
ke Jepang selama semester I, menurutnya, mencatat penurunan setelah
industri otomotif di negara itu terpukul bencana alam tsunami.
Dilihat
dari perkembangan bulan per bulan, volume ekspor karet dan barang dari
karet pada Juni mengalami kenaikan 32% menjadi 370.498 ton dibandingkan
Mei menjadi sementara dari segi nilai justru turun 8,76% menjadi US$1,2
miliar.
DIKUTIP DARI BISNIS INDONESIA, KAMIS, 4 AGUSTUS 2011