Empat Dekade Sawit Kaltim Siap Dibedah Lewat Buku dan Dialog Nasional
SAMARINDA. Perjalanan panjang kelapa sawit di Kalimantan Timur yang telah membentuk wajah ekonomi, sosial, dan lingkungan daerah akan segera dibingkai dalam sebuah karya monumental. Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (Disbun Kaltim) bersama Forum Komunikasi Perkebunan Berkelanjutan (FKPB) menggelar Rapat Persiapan Pelaksanaan Launching Buku & Dialog Empat Dekade Kelapa Sawit, Senin (7/7/2025), di Ruang Rapat Lantai II Kantor Disbun Kaltim.
Kegiatan ini menjadi langkah awal menuju acara besar bertajuk “Sawit Dialog 2025” yang akan mempertemukan seluruh pemangku kepentingan perkebunan sawit dari tingkat lokal hingga nasional.
Rapat dibuka oleh Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perkebunan yang diwakili oleh Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan, Asmirilda. Dalam paparannya, Asmirilda menyoroti pentingnya kejelasan tata ruang dalam mendukung keberlanjutan perkebunan.
“Perda RTRW No. 1 Tahun 2023 tidak secara eksplisit mencantumkan luasan lahan perkebunan, padahal realitas di lapangan menunjukkan banyak lahan pertanian dalam arti luas,” ujarnya.
Asmirilda menambahkan bahwa Disbun masih mengacu pada RTRW 2016 sambil terus berkoordinasi untuk pembaruan data. Menurutnya, Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim sangat menekankan pentingnya data valid, mulai dari luas lahan, jumlah perusahaan besar swasta (PBS), hingga kontribusi kemitraan dengan 180 KTPA dan 48 PBS aktif di wilayah ini.
Ketua FKPB, Yus Alwi Rahman, menegaskan urgensi penerbitan buku Empat Dekade Kelapa Sawit di Kalimantan Timur, Kisah Pertumbuhan dan Tantangan Berkelanjutan yang menjadi tonggak dokumentasi sejarah industri sawit.
“Belum ada satu pun buku yang secara sistematis menggambarkan sejarah hampir lima dekade perkembangan sawit di Kaltim. Buku ini hadir sebagai refleksi dan panduan masa depan,” tuturnya.
Disusun dengan pendekatan naratif dan analitis, buku ini meramu catatan sejarah, data statistik, hingga testimoni pelaku utama industri.
Lebih jauh, Yus Alwi menyoroti tantangan hulu sawit seperti penurunan produktivitas dan luasnya kebun tua di Kaltim, serta peluang besar dari program B50, pengembangan energi terbarukan, dan potensi Pelabuhan Maloy sebagai hub CPO Asia Pasifik.
Selain membahas isi buku, rapat juga merumuskan substansi utama dalam agenda “Sawit Dialog 2025” yang dijadwalkan berlangsung bulan ini.
Dialog ini akan menggali refleksi mendalam atas kebijakan sawit berkelanjutan, memperluas pemanfaatan buku sebagai referensi akademik, serta mendorong kolaborasi lintas sektor dalam pengembangan industri sawit yang adaptif terhadap isu ketahanan pangan, energi hijau, dan krisis global.
Hadir dalam rapat ini Pejabat Eselon III lingkup Disbun Kaltim serta Dewan Pakar FKPB yang memberikan masukan strategis terhadap arah kegiatan.
Menutup rapat, Asmirilda menyampaikan harapannya agar peluncuran buku dan forum dialog mendatang tidak hanya menjadi acara seremonial semata, melainkan momentum strategis memperkuat kebijakan berbasis data dan kolaborasi.
“Sawit bukan hanya bicara ekspor dan devisa. Ini tentang masa depan kita, kedaulatan pangan, energi, dan lingkungan yang lestari. Kaltim harus siap memimpin dengan narasi baru, sawit yang cerdas, adil, dan berkelanjutan,” tututpnya. (fif/disbun)
SUMBER : SEKRETARIAT