Dewan Kakao Internasional Dukung Gerakan Kakao Indonesia
JAKARTA. Dewan Kakao Internasional (International Cocoa Council/ICCO) mendukung gerakan nasional (gernas) Kakao Indonesia. Gernas ini berfungi untuk meningkatkan produksi lantaran adanya kekurangan suplai kakao global sebanyak 45 ribu ton pada tahun 2012/2013.
Executive Director ICCO Jean-Marc Anga menuturkan, persoalan yang dihadapi negara-negara produsen adalah masih rendahnya produktivitas tanaman kakao. Hal ini menyebabkan suplai yang belum dapat memenuhi permintaan. "Kalau dilihat sisi demand dan suplai, ada defisit suplai kakao secara global sebanyak 45 ribu ton pada 2012/2013. Kami mendukung negara-negara produsen yang terus memperkuat penanaman kakao," tutur Anga seusai pembukaan The 87th Meeting of International Cocoa Council, Senin (18/3), di Denpasar, Bali.
Anga menuturkan, konsumen saat ini sangat menyukai produk cokelat yang kandungan kakaonya mencapai 80%-90%. Padahal, lanjutnya, sekitar 10-15 tahun lalu, konsumen menyukai cokelat yang kandungan kakaonya hanya 30%-35%. "Ini artinya, ada tuntutan dari konsumen atas suplai kakao yang besar dan ini prospek yang sangat menjanjikan. Ke depannya, kami optimistis pasar kakao semakin besar," tukas Anga.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan, Indonesia sebagai negara produsen kakao terbesar ketiga di dunia terus menggalakkan Gernas Kakao untuk meningkatkan produksi agar dapat menggeser Pantai Gading dan Ghana yang menempati posisi sebagai produsen kakao pertama dan kedua terbesar dunia. "Dalam gernas ini ada peremajaan dan meningkatkan produktivitas dengan pemeliharaan yang baik seperti me-manage pembudidayaan dan pemupukan untuk meningkatkan hasil," terangnya seusai membuka The 87th Meeting of International Cocoa Council, Senin (18/3), di Denpasar, Bali.
Suswono mengungkapkan, peremajaan ini berupa mengganti pohon-pohon kakao yang sudah tidak produktif. Peremajaan ini telah dilakukan sejak 2009 lalu sehingga, kata Suswono, tahun ini akan panen dan meningkat produksi menjadi 1 juta ton dari sebelumnya produksi tahun 2012 yakni 833.310 ton atau meningkat 17% dari produksi 2011 sebesar 712.231 ton.
Adapun, lanjut Suswono, untuk meningkatkan produktivitas, dalam Gernas Kakao ini dilakukan pula budidaya dengan cara sambung samping dan sambung pucuk, serta pemupukan yang baik. "Mudah-mudahan produktivitas semakin meningkat," kata Suswono.
Suswono menyebutkan, produktifitas saat ini hanya mencapai 700-800 kilogram per hektare. Padahal, Indonesia memiliki potensi meningkatnya menjadi 1,5 ton per hektare mengalahkan Pantai Gading yang hanya 1,4 ton per hektare. Menurut Suswono, Pantai Gading sudah tidak dapat meningkatkan produktivitasnya lagi dan ini merupakan kesempatan Indonesia untuk menggeser posisi Pantai Gading sebagai negara produsen nomor satu di dunia. Suswono pun menetapkan target produktivitas sebesar 1,5 ton per hektare pada 2016 mendatang.
Suswono menambahkan, dengan diterapkannya bea keluar 5% untuk biji kakao, industri mulai menggarap produk hilir kakao. Ke depannya, dia berharap, Indonesia juga dapat memproduksi hasil akhir kakao seperti cokelat. Ditambah lagi, Indonesia juga akan menerapkan sertifikasi kakao yang dapat meyakinkan konsumen atas sustainability kakao Indonesia.
DIKUTIP DARI METRONEWS, SENIN, 18 MARET 2013