Awas! Benih sawit asalan beredar luas
JAKARTA. Petani perkebunan kelapa sawit semakin khawatir dengan tingkat peredaran benih kelapa sawit asalan tanpa ada sertifikat kualitas mutu dari pihak berwenang.
Jika benih asalan dibudidadayakan oleh petani, maka hasil panen kelapa sawit tidak akan maksimal. Rumitnya lagi, petani mengetahui memakai benih asalan atau palsu itu setelah usia kelapa sawit berumur 5 tahun.
Sulaiman Husain Loeloe, Ketua Bidang II Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) mengatakan, benih kelapa sawit asalan itu sudah beredar sejak 2005 silam. Namun kini, peredarannya kian mengkhawatirkan.
Berdasarkan catatan pihaknya, ada 3,6 juta hektare (ha) lahan
perkebunan rakyat di seluruh Indonesia, sekitar 35% menggunakan benih
asalan. "Harganya sangat murah, kalau benih bersertifikat harganya Rp
7.500 per butir, namun kalau benih palsu ini hanya Rp 2.000 per butir,"
kata dia, Rabu (23/5).
Menurut Sulaiman, yang mengherankan lagi
ialah bibit murah itu tercantum label dari perusahaan benih yang telah
memegang sertifikat, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), atau
Bakti Tani Nusantara. Sehingga, masyarakat bisa dengan mudah tertipu
agar menggunakan bibit tersebut.
Ia menjelaskan, antara bentuk
bibit asli dan bibit asalan tidak ada perbedaan, termasuk dalam hal
pertumbuhan batang pohon. tetapi, "Setelah memasuki masa panen pada
tahun ke lima, produksi buah yang dihasilkan sangat jauh berbeda, yakni
selisihnya bisa mencapai 50%," imbuhnya.